Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menilai, di tengah situasi pandemi saat ini penting untuk menggali potensi pasar Eropa yang bernilai US$ 152 miliar per tahun.
Indroyono Soesilo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) menjelaskan penting bagi pelaku usaha di Indonesia untuk dapat mengetahui ceruk pasar global supaya penetrasi strategi ekspor bisa lebih efektif dan fokus.
Dia bilang, Uni Eropa merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 untuk produk hasil hutan, setelah China, Jepang dan Amerika Serikat. Pada 2019, ekspor hasil hutan Indonesia ke Uni Eropa telah menghasilkan devisa lebih dari US$ 1 milliar.
Baca Juga: Referendum penolakan produk kelapa sawit RI masuk ke Mahkamah Konstitusi Swiss
"Produk hasil hutan Indonesia dikenal di Eropa sebagai produk yang berkualitas tinggi dengan daya saing karena dilengkapi sertifikat SVLK/FLEGT yang mempermudah proses rekognisi legalitas dan keberlanjutan oleh konsumen," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (26/6).
Lebih jelas, Indroyono memaparkan produk Indonesia saat ini tampil dengan urutan ekspor terbesar ke Uni Eropa mulai dari furniture, pulp/kertas, panel, woodworking dan barang kerajinan.
Namun sayang, pandemi virus corona cukup memberikan pukulan telak pada pasar ekspor produk kehutanan khususnya ke Eropa.
“Telah terjadi penurunan 17% untuk periode Januari sampai Mei 2020 yang nilainya mencapai US$ 426 juta jika dibandingkan dengan nilai ekspor periode yang sama tahun lalu yang nilainya mencapai US$ 516 juta,” imbuhnya.
Duta Besar RI di Brussels Belgia merangkap Luksemburg dan Uni Eropa ,Yuri Thamrin menambahkan, potensi impor produk kehutanan dari hulu – hilir ke 27 Negara anggota Uni Eropa mencapai US$ 152 miliar setiap tahunnya, namun ekspor produk kehutanan Indonesia ke Uni Eropa plus UK baru mencapai sekitar US$ 1 miliar.
“Masih terbuka peluang pasar Eropa bagi produk kayu olahan dari Indonesia yang selama ini masih dikuasai China,” ujar Yuri.
Baca Juga: Industri kayu olahan tertekan corona, APHI dorong pemulihan di awal semester II
Dia pun memerinci ada beberapa hal penting yang harus disiapkan, yakni penyiapan sarana pergudangan (warehouse) untuk produk kayu Indonesia sebelum memasuki pasar Eropa. Dalam hal ini kedutaan akan membantu mencarikan warehouse dengan harga terjangkau di Pelabuhan Antwerp, Belgia untuk penyimpanan produk sementara.
"Selain itu, untuk meningkatkan kerjasama perdagangan Indonesia – Uni Eropa akan dilakukan pertemuan antara APHI, FKMPI dengan Asosiasi perusahaan importir di Eropa,” ujarnya.
Inventarisasi rinci tentang potensi produk kehutanan yang bisa menembus pasar Eropa, didukung dengan market intelligence dan penguatan pemetaan bisnis dari pelaku usaha di Eropa akan membantu Indonesia mengambil bagian dari potensi impor produk kehutanan di Eropa senilai US$ 152 miliar.
Guna penguatan strategi ekspor produk hasil kehutanan Indonesia ke pasar global, Indroyono mengatakan APHI/FKMPI telah menggelar pertemuan dengan Duta Besar RI di Seoul, Tokyo, Beijing dan Brussel. Dalam waktu dekat, akan digelar juga pertemuan serupa dengan Duta Besar RI di Berlin, Den Haag, London dan Roma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News