Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga kelapa kian jatuh. Akibatnya keuntungan petani semakin tergerus apalagi karena rantai pasok belum efisien. Tapi permintaan kelapa di pasar dunia masih beri indikasi positif.
Amrizal Idroes Ketua Himpunan Petani Kelapa Indonesia (HIPKI) mengakui harga kelapa anjlok. Hal ini terlihat dari pantauan dia akan harga kelapa di bursa Rotterdam yang menurutnya telah mencapai US$ 935 ton atau setara Rp 3.500 - Rp 3.700 per kilogram (kg) di tingkat pabrik. Padahal sebulan lalu, harga kelapa kopra berada di kisaran Rp 8.000 di tingkat pabrik.
"Harga di tingkat petani bisa lebih turun lagi, dan sekarang keadaan produksi sedang baik, sehingga suplai dan demandnya tidak kena," kata Amrizal saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (13/9).
Menurutnya, kondisi petani juga dipersulit dengan beban transportasi dan nilai tukar ke pedagang. Apalagi untuk sejumlah sentra produksi kelapa seperti di Sulawesi dan Sumatra belum memiliki infrastruktur jalan yang efisien.
Tapi Amrizal tidak terlalu pesimis, pasalnya perdagangan produk turunan kelapa terus menunjukkan tren positif. Berdasarkan data semester I 2018, ekspor minyak kelapa alias coconut oil (CNO) mengalami kenaikan 34% jadi 350.000 ton.
Tak hanya itu, volume ekspor kelapa kering parut atau dessicated coconut pada periode sama naik 21% jadi 9.158 ton. Begitu juga dengan ekspor santan dan air kelapa juga mengalami kenaikan.
Oleh karena itu, Amrizal optimis hingga akhir tahun tren komoditas kelapa tetap akan memberi untung. Untuk CNO ia perkirakan bisa terjadi kenaikan 15%-20% lagi. Apalagi kelapa merupakan komoditas yang sepenuhnya dalam negeri dan minim impor. Tambah lagi, sebagai komoditas ekspor, industri pengolah kelapa mendapat untung tambah di tengah pelemahan rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News