kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Wamendag: Semakin hilir, Bea Keluar semakin rendah


Senin, 13 Januari 2014 / 15:10 WIB
Wamendag: Semakin hilir, Bea Keluar semakin rendah
ILUSTRASI. Movieland milik PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN)


Reporter: Handoyo | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pemerintah tetap konsisten melarang ekspor ore atau bahan tambang mentah untuk diekspor. Produk tambang yang diperbolehkan untuk dilakukan ekspor adalah yang telah masuk dalam tahap pengolahan dan pemurnian.

Bayu Krisnamurthi Wakil Menteri Perdagangan mengatakan, untuk mendukung hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah di sektor tambang pemerintah akan menerapkan bea keluar (BK) sesuai dengan kadar pengolahannya. "Semakin hilir (BK) semakin rendah, dan yang mengejar kadar pengolahan minimal yang diperbolehkan BK tinggi," kata Bayu, Senin (13/1).

Bahkan, bila produk tambang yang diekspor tersebut telah memasuki proses pemurnian dengan kadar hingga 90%-99% maka akan mendapat keuntungan berupa pembebasan bea keluar. Untuk persentase penerapan BK tersebut akan diatur dalam peraturan menteri Keuangan (Kemenkeu).

Penerapan bea keluar produk tambang tersebut juga akan dilakukan progresif setiap semester disesuaikan dengan fluktuasi harga produk tambang. "Kalau harga naik terlalu tinggi, maka BK akan naik," ujar Bayu.

Berdasarkan data Kemendag, setidaknya terdapat 219 Harmonized System (HS) atau pos tarif produk tambang yang masuk dalam kategori pemurnian. Sementara itu, untuk produk yang termasuk barang tambang yang dilarang ekspornya karena berupa raw material setidaknya jumlahnya mencapai 64 HS.

Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapkan hilirisasi produk pertambangan untuk mendapatkan nilai tambah akan terwujud pada tahun 2017 mendatang. "Kebijakan ini tidak bermaksud mematikan bisnis tambang, tetapi mengejar nilai tambah dari kekayaan alam yang dianugerahkan, agar masyarakat mendapat manfaat," kata Bayu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×