Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perdana Menteri (PM) Belanda Mark Rutte melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Presiden Boediono di Istana Wakil Presiden, Jumat (22/11). Dalam kunjungan tersebut, Rutte dan Boediono berbicang akrab tentang berbagai persoalan, khususnya pemasaran minyak kelapa sawit alias palm oil (CPO). Wapres meminta agar Belanda membantu Indonesia memasarkan CPO ke pasar dunia, khususnya Eropa.
Hal itu dikatakan Juru Bicara Presiden Yopie Hidayat usai kunjungan Rutte. Menurut Yopie, Wapres meminta agar Belanda turut membantu produk-produk ekspor Indonesia, utamanya CPO sehingga bisa diterima di pasar Eropa.
"Bapak Wapres tadi menyampaikan concern mengenai industri kelapa sawit. Ini adalah industri yang sangat penting, sebab di mana-mana banyak negara yang menginginkan kontrol yang lebih ketat. Dan kita berharap Belanda dapat membantu Indonesia," tutur Yopie.
Terkait harapan Wapres tersebut, PM Belanda, menurut Yopie menyatakan dapat memahami kondisi dan masalah yang dihadapi Indonesia dalam memasarkan produk CPO di pasar dunia, terutama Eropa.
Karena itu, ia menyatakan siap membantu Indonesia. Rutte berjanji akan mendorong produk CPO Indonesia bisa diterima di seluruh dunia, sebagai Industri sawit yang sustainable.
Belanda memiliki pengaruh yang strategis di pasar Eropa. Pasalnya, pelabuhan Amsterdam di Belanda menjadi salah satu pelabuhan utama yang terhubung ke hampir seluruh negara Eropa. Dan selama ini, ekspor CPO Indonesia merupakan produk terbesar yang melewati pelabuhan Amsterdam.
Eropa merupakan pangsa pasar ekspor CPO terbesar ketiga Indonesia setelah China dan India. Sekarang, Indonesia juga berusaha memasuki pasar Pakistan yang saat ini masih dikuasai Malaysia.
Selain Pakistan, Indonesia juga berusaha memasarkan CPO di pasar Bangladesh. Sebab, baik Pakistan maupun Bangladesh merupakan pangsa pasar yang potensial bagi produk CPO, karena jumlah penduduknya di atas 100 juta jiwa.
Selain membicarakan soal CPO, Wapres juga membicarakan kondisi ekonomi Indonesia, khususnya langkah persiapan Indonesia menghadapi pengurangan quantitative easing atau tapering off dari Bank Sentral Amerika Serikat.
Menurut Boediono, akan banyak perubahan yang akan dihadapi Indonesia ke depan, terkait persoalan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News