kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Wow, pasar ekspor buru kuda laut


Jumat, 08 Oktober 2010 / 12:42 WIB
Wow, pasar ekspor buru kuda laut


Reporter: Ario Fajar |

BANDAR LAMPUNG. Kuda laut atau tangkur kuda (hippocampus kelloggi) ternyata menyimpan nilai ekonomis tinggi. Binatang laut ini sangat diminati di pasar ekspor sebagai bahan baku industri obat-obatan dan ikan hias.

Di dalam negeri, permintaan kuda laut banyak berdatangan dari industri jamu. Alhasil, permintaan dari tahun ke tahun terus meningkat. Sayangnya, budi daya kuda laut Indonesia masih minim peminat. Akibatnya, Indonesia belum bisa memenuhi tingginya permintaan kuda laut, baik di dalam mau pun luar negeri.

Masalah itulah yang mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berniat menggalakkan budidaya kuda laut. "Potensi pasarnya besar, tapi sayang budi dayanya terbatas," kata Silvester Basi Dhoe, Koordinator Perbenihan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BPBL) Lampung.

BPBL Lampung merupakan salah satu sentra budi daya kuda laut di Indonesia. Rencananya, KKP juga akan mendorong daerah-daerah lain menjadi sentra budi daya kuda laut.

Menurut Silvester, selama ini permintaan kuda laut datang dari sejumlah negara, seperti Singapura, Hong Kong, Taiwan, Amerika Serikat, China dan Eropa. "Sementara dari dalam negeri datang dari industri jamu di Jawa dan Sumatera," ujarnya.

Selain permintaan besar, harga kuda laut juga lumayan menggiurkan. Satu ekor kuda laut dengan panjang 10-15 centimeter (cm) bisa laku sekitar Rp 25.000-Rp. 50.000.

Sayangnya, para pembudi daya maupun BPBL Lampung belum bisa memanfaatkan seluruh peluang tersebut. Sebab, hasil budi daya baik di tingkat petani maupun BPBL masih sedikit.

BPBL, contohnya, kini baru mampu menghasilkan 100 kilogram (kg)-200 kg kuda laut per bulan. Padahal di Medan permintaanya mencapai 30 kg setiap bulan, Batam 30 kg, Jawa Barat mencapai 20 kg setiap bulan. "Bagaimana mungkin untuk ekspor, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja sangat sulit," ujar Ali Hafiz, Perekayasa Balai Besar BPBL Lampung.

Salah satu produsen jamu yang mengaku kekurangan bahan baku kuda laut adalah CV Jamu Sido Perjasa (JSP). Setiap bulan, JSP membutuhkan 6 kg-10 kg kuda laut kering. "Kami sangat sering kekurangan pasokan kuda laut. Padahal, kuda laut dibutuhkan sebagai bahan baku utama," ujar Muhammad Seno, Pemilik JSP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×