Reporter: Rani Nossar | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Rencana PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) untuk meningkatkan nilai efisiensinya terutama pada pemakaian energi dengan membangun power plant sendiri ditunda.
Penundaan ini semata lantaran cost electricity sudah turun karena kebijakan-kebijakan pemerintah mulai berdampak positif.
“Kebijakan-kebijakan yang diterapkan presiden RI ini juga menguntungkan untuk industri padat karya,” jelas Iwan S.Lukminto, Presiden Direktur PT Sri Rejeki Isman Tbk.
Untuk alasan tersebut pembangunan yang semua direncanakan untuk mulai tahun ini akan ditunda untuk jangka waktu yang belum ditentukan.
Iwan bilang jika tarif listrik lebih murah perseroan akan membeli kesediaan listrik dari sumber yang sudah ada sehingga dirasa belum perlu untuk berinvestasi dalam hal tersebut.
“Paket kebijakan pertama yang dikeluarkan presiden menjadi pertimbangan kami menunda rencana ini,” katanya lagi.
Sebagai informasi paket kebijakan ekonomi jilid 1 memuat 98 peraturan salah satunya adalah menghilangkan aturan-aturan yang tidak relevan dan menghambat daya saing industri.
Di lain hal perseroan optimis permintaan di tahun 2016 akan meningkat, terutama dalam bidang pertahanan, karena mulai terlihat adanya gejolak keamanan.
Diberitakan sebelumnya, perusahaan yang tenar dipanggil Sritex ini memulai diversifikasi produknya dengan memperluas produk militer.
Dalam hal ini SRIL akan mengekspor produk seragam militer ke Kamboja bekerjasama dengan pemerintah setempat.
Pasar pertaahanan ini berkontribusi hingga 25% dari total penjualan perseroan.
Selain itu SRIL juga akan memperluas diverkasi produk garmen di pasar fashion dan seragam kerja.
Optimisme tersebut ditunjukan perseroan dengan beberapa penambahan kapasitas produksi yang akan dilakukan tahun ini.
Dengan mengandalkan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2016 sebesar US$ 86 Juta, perseroan akan menambah kapasitas produksi di semua lini bisnis yang meliputi benang, kain mentah, kain jadi, dan pakaian jadi.
“Ekspansi tersebut ditargetkan akan selesai akhir tahun ini dan kontribusinya akan kelihatan pada tahun 2017 mendatang,” ujar Iwan
Capex tersebut lebih kecil 20% dibandingkan capex tahun lalu sebesar US$ 104 juta.
Kapasitas produksi yang akan ditambah meliputi bales benang yang akan bertambah 16% menjadi 654.000 ribu benang tahun ini dari semula sebanyak 566.000 pada tahun 2014 lalu.
Sementara kapasitas kain jadi akan bertambah 100% menjadi 240 yuta yards di tahun ini.
Sebelumnya kapasitas produksi kain jadi pada 2014 lalu sebesar 120 juta yards.
Begitu pula dengan penambahan kapasitas produksi garmen yang bertambah hingga 114% menjadi 30 juta potong dari 14 juta potong.
Yang terakhir kapasitas produksi kain mentah akan bertambah hingga 50% menjadi 180 juta meter kain mentah tahun ini.
Tahun ini perseroan menargetkan penjualan tumbuh 8%.
Tahun lalu penjualan perseroan mencapai US$ 625, 6 juta.
Artinya tahun ini penjualan perseroan ditargetkan mencapai US$ 680 juta.
Sementara untuk pasar eksspor, perseroan memiliki beberapa negara tujuan baru di tahun ini, yakni Hongkong, peru, Spanyol, dan Perancis.
Untuk ekspor, produk benang, kain jadi, dan garmen masih menjadi idola.
Hingga kuartal 3 tahun lalu benang menyumbangkan hingga 44% pendapatan, kain jadi 23% dan garment 17%.
Perseroan menargetkan porsi ekspor akan menjadi 60% pada tahun 2017.
Hingga kuartal 3 tahun lalu porsi ekspor dan domestik masing-masing sebesar 47% ekspor dan 53% domestik.
Asal tahu saja, sejauh ini perseroan sudah mengekspornya ke 55 negara di Amerika, Afrika, Timur Tengah, Asia Pasifik, dan Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News