kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Akindo minta kepastian harga kedelai


Rabu, 21 Agustus 2013 / 13:52 WIB
Akindo minta kepastian harga kedelai
ILUSTRASI. Pahami 4 Bahaya Sinar UV Bagi Kesehatan Kulit dan Rambut


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) meminta pemerintah untuk memberikan kepastian harga kedelai di pasar dalam negeri. Hal ini seiring melemahnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.

Demikian hal itu diungkapkan Andre Vincent Wenas, Sekjen Asosiasi Kedelai Indonesia saat dihubungi KONTAN melalui telepon selulernya, Rabu (21/8).

Andre mengatakan, para importir kedelai yang belum memiliki kontrak pembelian di bursa berjangka, dipastikan akan terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah.

Alasannya, kata dia, pembelian kedelai di pasar luar negeri menggunakan nilai dollar AS. Sementara pedagang harus menjual di pasar domestik dengan harga rupiah.

“Nah, importir yang belum memiliki kontrak pembelian kedelai harus mengeluarkan biaya lebih mahal karena harus mengikuti harga baru,” kata Andre.

Menurut Andre, selama ini harga pembelian kedelai impor selalu berkorelasi dengan dua kondisi. Pertama, penetapan harga kedelai di negara asal importir. Kedua, pergerakan nilai tukar rupiah.

Artinya, jika harga kedelai di negara asal mengalami kenaikan, biaya yang dikeluarkan importir juga membengkak. Begitu pula kondisinya jika terjadi pelemahan nilai tukar rupiah. "Dalam sehari saja, harga kedelai bisa berubah dengan cepat," katanya.

Andre khawatir, jika pemerintah tidak menyesuaikan harga kedelai di pasaran dalam negeri, para pedagang akan menahan stok kedelai yang impornya.

“Kalau itu terjadi, kami juga sulit mencegah. Karena yang mengeluarkan biaya impor kedelai adalah importir. Sebagai pedagang, tentu mereka tidak mau rugi dong,” tegas Andre. 

Alhasil, Indonesia bisa mengalami kelangkaan pasokan kedelai. Kalau pun pasokan tersedia, harga kedelai kembali akan melonjak tinggi seperti di tahun lalu. Ujung-ujungnya, usaha perajin tempe dan tahu akan sempoyongan.  

Pasalnya, kata dia, produksi kedelai lokal hanya berkisar 400.000-700.000 ton per tahun. Sementara konsumsi kedelai nasional mencapai 2,5 juta ton per tahun.

Itu artinya, kebutuhan kedelai impor mencapai sekitar 1,8 juta-2,1 juta ton. “Sekitar 80%-90% kedelai diimpor dari Amerika, Argentina dan sejumlah negara lain,” imbuh Andre.

Catatan saja, saat ini harga kedelai di pasaran dalam negeri telah mencapai Rp 7.400- Rp 7.500 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×