kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Akindo minta kepastian harga kedelai


Rabu, 21 Agustus 2013 / 13:52 WIB
Akindo minta kepastian harga kedelai
ILUSTRASI. Pahami 4 Bahaya Sinar UV Bagi Kesehatan Kulit dan Rambut


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) meminta pemerintah untuk memberikan kepastian harga kedelai di pasar dalam negeri. Hal ini seiring melemahnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.

Demikian hal itu diungkapkan Andre Vincent Wenas, Sekjen Asosiasi Kedelai Indonesia saat dihubungi KONTAN melalui telepon selulernya, Rabu (21/8).

Andre mengatakan, para importir kedelai yang belum memiliki kontrak pembelian di bursa berjangka, dipastikan akan terkena dampak pelemahan nilai tukar rupiah.

Alasannya, kata dia, pembelian kedelai di pasar luar negeri menggunakan nilai dollar AS. Sementara pedagang harus menjual di pasar domestik dengan harga rupiah.

“Nah, importir yang belum memiliki kontrak pembelian kedelai harus mengeluarkan biaya lebih mahal karena harus mengikuti harga baru,” kata Andre.

Menurut Andre, selama ini harga pembelian kedelai impor selalu berkorelasi dengan dua kondisi. Pertama, penetapan harga kedelai di negara asal importir. Kedua, pergerakan nilai tukar rupiah.

Artinya, jika harga kedelai di negara asal mengalami kenaikan, biaya yang dikeluarkan importir juga membengkak. Begitu pula kondisinya jika terjadi pelemahan nilai tukar rupiah. "Dalam sehari saja, harga kedelai bisa berubah dengan cepat," katanya.

Andre khawatir, jika pemerintah tidak menyesuaikan harga kedelai di pasaran dalam negeri, para pedagang akan menahan stok kedelai yang impornya.

“Kalau itu terjadi, kami juga sulit mencegah. Karena yang mengeluarkan biaya impor kedelai adalah importir. Sebagai pedagang, tentu mereka tidak mau rugi dong,” tegas Andre. 

Alhasil, Indonesia bisa mengalami kelangkaan pasokan kedelai. Kalau pun pasokan tersedia, harga kedelai kembali akan melonjak tinggi seperti di tahun lalu. Ujung-ujungnya, usaha perajin tempe dan tahu akan sempoyongan.  

Pasalnya, kata dia, produksi kedelai lokal hanya berkisar 400.000-700.000 ton per tahun. Sementara konsumsi kedelai nasional mencapai 2,5 juta ton per tahun.

Itu artinya, kebutuhan kedelai impor mencapai sekitar 1,8 juta-2,1 juta ton. “Sekitar 80%-90% kedelai diimpor dari Amerika, Argentina dan sejumlah negara lain,” imbuh Andre.

Catatan saja, saat ini harga kedelai di pasaran dalam negeri telah mencapai Rp 7.400- Rp 7.500 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×