Reporter: Vina Elvira | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, para peritel modern juga bisa melakukan pembaharuan model bisnis pada channel penjualan mereka. Seperti dengan menjual barang-barang mereka ke marketplace besar di Indonesia. "Jadi barang-barang Hypermart itu selain ada di Hypermat online, tapi barang-barangnya sekarang juga ada di Tokopedia, Shopee, dan JDID sebagai marketplace," kata dia.
Maka dari itu, Roy melihat bahwa format hipermarket sebenarnya masih berprospek, sebab di gerai hipermarket-lah masyarakat bisa menemukan seluruh kebutuhan mereka hanya lewat satu toko saja. Mulai dari produk fast moving consumer good (FMCG), barang elektronik, furnitur, sandang, serta yang utama kebutuhan pokok.
"Kalau supermarket kebanyakan hanya kebutuhan pokok bukan kebutuhan sehari-hari, karena kan spacenya cuman 2.000, tapi kalau hypermarket itu kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari. Itu yang membuat sebenarnya hipermarket tetap berprospek," bebernya.
Baca Juga: Aprindo menolak lockdown mall dan ritel jelang dan saat Lebaran
Di sisi lain, Roy juga mendesak pemerintah untuk menjadikan bisnis ritel modern sebagai sektor prioritas. Sebab, sektor ritel modern masih sangat membutuhkan dukungan pemerintah, salah satunya agar gerai hipermarket bisa tetap hidup dan tidak down grade ke toko dengan skala lebih kecil seperti supermarket.
"Hipermarket tetap berprospek tapi sangat membutuhkan dukungan insentif dari pemerintah, untuk dapat terus beroperasional dalam menyediakan kebutuhan pokok dan juga kebutuhan sehari-hari," kata dia.
Roy menyatakan bahwa terobosan-terobosan dalam hal pelayanan merupakan hal yang sangat penting di dalam bisnis ritel modern. "Jadi hal-hal yang sifatnya lebih mengutamakan pelayanan serta lebih dekat hadir di masyarakat," tutup dia.
Selanjutnya: Pengusaha ritel menolak lockdown pusat belanja dan ritel di masa Lebaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News