Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Ekspor produk turunan tepung terigu Indonesia tahun ini diprediksi akan terus tumbuh dibandingkan tahun lalu. Asosiasi Tepung Terigu Nasional Indonesia (Aptindo) mencatat pada kuartal pertama ini saja ekspor produk tepung terigu sudah tumbuh 30,6% dibandingkan tahun lalu di periode yang sama.
Dengan perhitungan itu maka volume ekspor produk tepung terigu akan mencapai 20.905 matrik ton (MT) atau senilai US$ 9,4 juta. Ketua Apindo Fransiscus Welirang yakin, pertumbuhan ekspor makanan hasil produk tepung terigu di semester pertama tahun ini juga meningkat. "Kurang lebih sama dibandingkan tahun lalu, kenaikannya 25%," katanya kepada KONTAN, Kamis (24/7). Kenaikan nilai ekspor produk tepung terigu itu didorong oleh ekspor tepung by product dan ekspor produk turunan tepung.
Untuk ekspor tepung by produck mengalami pertumbuhan 39,6% menjadi 156.080 MT atau senilai dengan US$ 33.8 juta dan ekspor turunan tepung terigu yang tumbuh 25,3% menjadi 59.834 MT atau senilai US$ 128 juta.
Fransiskus mengatakan, peningkatan nilai ekspor tersebut juga disokong besar oleh perusahaan dalam negeri yang terus bertambah. Apindo mencatat ada 6 perusahaan baru yang akan beroperasi hingga 2015. Dengan begitu maka tahun depan, produsen makanan dari tepung terigu mencapai 29 perusahaan.
Mengenai berapa nilai investasi dari keenam perusahaan baru itu, Franky memberikan gambaran. Dengan rata-rata kapasitas produksi pabrik 1.000 ton per hari, nilai investasi yang digelontorkan sekitar US$ 75 juta. Jika enam perusahaan itu memiliki kapasitassebesar 1.000 ton per hari, berarti nilai investasi keseluruhan US$ 450 juta.
Selain peningkatan produksi, nilai ekpor produk turunan tepung terigu juga disebabkan karena peningkatan kurs. Hingga saat ini, pasar ekspor produk tepung terigu terbesar Indonesia masih disokong oleh Pilipina 34,8%, Timor-Timor 22%, dan Thailand 19,5%.
Apindo sendiri menargetkan nilai ekspor tepung terigu akan mencapai US$ 1 miliar. "Jika kebijakan pemerintah mendukung dan dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang baik, bisa saja target tersebut tercapai tahun depan," jelas Franky.
Untuk mempertahankan pangsa pasar, Apindo untuk ketiga kalinya sejak 2009 dan 2012 mengeluarkan petisi anti dumping terhadap Turki, India, dan Srilanka ke Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Menurut Franky, ketiga negara tersebut terbukti melakukan dumping dengan menjual tepung terigu dengan harga lebih rendah. "Itu merugikan produsen dalam negeri," katanya.
Apindo mencatat, karena hal tersebut sudah ada dua perusahaan tepung terigu Indonesia yang gulung tikar. "Kita juga tidak mau terus-terusan seperti ini kasihan dengan perusahaan baru dan kecil untuk bersaing harga," ungkap Ratna Sari Loppies, Direktur Eksekutif Apindo.
Apindo mencatat marjin dumping dari ketiga negara tersebut yaitu, Turki 86%, India 40%, dan Sri Lanka 14%. Dimana porsi impor ketiga negara itu sebesar 86% dari total impor tepung terigu nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News