Reporter: Raymond Reynaldi |
AKARTA. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) siap memasok kebutuhan gula konsumsi atau gula kristal putih (GKP) nasional yang saat ini semakin menipis persediaannya.
Sebenarnya, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mengimpor GKP sebanyak 500.000 ton ditengah kondisi pasar gula internasional yang seret pasokan dan harga cenderung naik. Sehingga, rencana impor GKP bakal terganggu.
Melihat kondisi tersebut, Direktur Eksekutif AGRI M Yamin mengatakan, delapan pabrik gula (PG) rafinasi sebenarnya mampu menghasilkan GKP sebanyak 200.000 ton per bulan atau mencapai 400.000 ton dalam dua bulan.
Dengan catatan, pemerintah mengijinkan mereka menghabiskan alokasi gula mentah semester satu 2010 lebih cepat dari jadwalnya. "Penyerapan alokasi 1.055.815 ton raw sugar bisa kita percepat sampai April," kata Yamin, Kamis (7/1). Adapun, sisa alokasi impor gula mentah hingga akhir 2010 sebesar 1.154.185 ton, atau total mencapai 2.210.000 ton.
Nah, karena terdapat waktu idle di Mei dan Juni, AGRI menyarankan, pemerintah menambah kuota impor gula mentah sebanyak 500 ribu ton yang digunakan pabrik gula rafinasi untuk memproduksi GKP.
Menurut Yamin, gula mentah biasa didatangkan dari Brazil dan Thailand, dimana harga saat ini telah naik hampir dua kali lipat dibanding Januari 2009. "Dulu di Januari 2009 sekitar 15 sen dollar AS per ton, sekarang di catatan saya itu 27,56 sen per ton," ujar dia.
Kapasitas produksi delapan PG rafinasi anggota AGRI itu, saat ini telah meningkat dari 2.178.645 ton atau 59% dari kapasitas ijin BKPM menjadi 84,3% atau kurang lebih 2.700.000 ton. Sedang, total kapasitas ijin dari BKPM 3.206.000 juta ton per tahun.
Menurut Yamin, AGRI telah melaporkan solusi pengadaan gula konsumsi tersebut kepada Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan. "Pemerintah bisa memanfaatkan kemampuan produksi kami untuk menghasilkan gula putih," terang dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News