kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.334   -66,00   -0,40%
  • IDX 7.173   30,61   0,43%
  • KOMPAS100 1.046   5,14   0,49%
  • LQ45 816   3,55   0,44%
  • ISSI 225   1,20   0,54%
  • IDX30 426   2,56   0,60%
  • IDXHIDIV20 506   2,31   0,46%
  • IDX80 118   0,55   0,47%
  • IDXV30 119   0,51   0,43%
  • IDXQ30 140   0,54   0,39%

Bikin pembangkit hemat batubara PLN gandeng Jepang


Kamis, 10 April 2014 / 11:01 WIB
Bikin pembangkit hemat batubara PLN gandeng Jepang
ILUSTRASI. Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) ditargetkan harus selesai pada pertengahan tahun 2023. ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra


Reporter: Ranimay Syarah | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Demi mengurangi penggunaan batubara di dalam Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bekerja sama dengan 30 investor asal Jepang untuk membangun PLTU berteknologi Ultra Supercritical Coal (USC) alias teknologi yang menggunakan lebih sedikit batubara.

Adapun skemanya akan berbentuk Joint Crediting Mechanism (JCM) Indonesia-Jepang yang melibatkan beberapa perusahaan besar asal Jepang dan PLN. Perusahaan asal Jepang yang berminat untuk bekerjasama dengan PLN di antaranya adalah Shimizu, Mitsubishi, Yokogawa, Mitsui, Kyusu Electric, dan masih banyak lagi.

Nasri Sebayang, Direktur Konstruksi PLN menjelaskan, pembangunan PLTU dengan teknologi USC memang membutuhkan dana lebih mahal.  Sebab, membangun PLTU biasa hanya habis US$ 1,5 juta per Megawatt (MW). "Kalau membangun PLTU berteknologi USC biasanya US$ 2 juta per MW," ungkap dia kepada KONTAN, Rabu (9/4).

Meski mahal, penggunaan teknologi itu akan menghemat pemakaian batubara. Itu sebabnya, teknologi ini lebih cocok untuk pembangkit berkapasitas jumbo. Misalnya  PLTU berkapasitas 600 MW, 800 MW, dan 1.000 MW.

Menurut Nasri, PLTU yang menggunakan teknologi USC ini bisa menghemat sekitar 20% penggunaan bahan bakar batubara dibandingkan dengan pemakaian batubara pada PLTU biasa. "Dengan demikian, ke depan pengeluaran PLN untuk pembelian batubara bisa lebih murah," ungkap dia.

Nasri mengungkapkan, alasan PLN bekerjasama dengan beberapa perusahaan besar Jepang itu lantaran sudah menggunakan teknologi USC dalam PLTU milik mereka. "Di Jepang dengan pembangkit seperti itu bisa menghasilkan banyak listrik tetapi hanya membakar sedikit batubara," ungkap dia.

Realisasi pembangunan PLTU ini, menurut Nasri, kini masih dalam tahap kajian. PLTU tersebut akan dibangun terutama untuk Sumatra dan daerah lain di Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan.

Nasri menambahkan, tahun ini ada tahap pelaksanaan tender dan tahun depan mulai pelaksanaan pembangunannya. Targetnya,  PLTU berteknologi baru itu beroperasi paling lambat tahun 2019.

Jarman, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM,  bilang PLTU berteknologi USC sudah ada yang beroperasi, yakni PLTU Cirebon (660 MW) dan PLTU Paiton expansion (850 MW). "Yang bakal dibangun PLTU Batang (2x1.000 MW), dan PLTU Cirebon expansion (1.000 MW)," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×