Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kapasitas produksi bahan baku plastik nasional boleh jadi bakal bertambah dalam beberapa tahun ke depan. Sejumlah pemain besar poliolefin berencana melakukan ekspansi penambahan kapasitas produksi pada tahun depan.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam mengatakan, beberapa perusahaan seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) berencana memulai proyek ekspansi pabrik di tahun 2022.
“Sebenarnya ini sudah akan dilakukan tahun 2020, namun karena adanya Covid-19 maka tertunda 2 tahun, ini akan disiapkan di tahun depan,” ujar Khayam dalam acara Opening Session Manufacturing Series Virtual Expo 2021 yang disiarkan Rabu (1/12).
Berdasarkan data BPS dan Kementerian Perindustrian yang sudah diolah, kapasitas produksi nasional di masing-masing poliolefin bervariasi.
Baca Juga: Petrokimia Gresik komandoi program penanaman pohon BUMN di Jawa Timur
Secara terperinci, kapasitas produksi nasional pada masing-masing polietilena antara lain sebesar 1,18 juta ton per tahun untuk polietilena (PE), 935.000 ton per tahun untuk polipropilena (PP), 144.400 ton per tahun untuk polistirena (PS), 862.000 ton per tahun untuk polivinil klorida (PVC), dan 421.000 ton per tahun untuk polietilena tereftalat (PET).
Dengan kapasitas yang demikian, Indonesia masih melakukan impor poliolefin dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri plastik.
Data BPS dan Kementerian Perindustrian mencatat, impor bahan baku plastik tahun 2020 didominasi oleh poliolefin, terdiri dari impor polietilena sebesar 1,1 juta ton dengan nilai US$ 1,2 miliar, dan impor polipropilena sebesar 981 ribu ton atau senilai US$ 1,1 miliar.
Adapun total volume impor bahan baku plastik pada tahun 2020 mencapai 2,67 juta ton. Nilainya sebesar US$ 2,94 miliar.
Dalam pipeline Kementerian Perindustrian, ada sejumlah proyek ekspansi petrokimia yang direncanakan dimulai pada tahun 2022. Proyek Petrokimia Chandra Asri Perkasa 2 (CAP2) misalnya, direncanakan memasuki tahapan keputusan investasi final atawa final investment decision (FID) pada tahun 2022.
Proyek yang berlokasi di Cilegon, Banten ini bakal menghasilkan sejumlah produk mulai dari propilena, etilena, butadiena, benzena, toluena, mixed silena, LDPE, HDPE, dan polipropilena Kapasitas agregatnya 3,8 juta ton per tahun. Proyek CAP 2 direncanakan beroperasi komersial pada 2025-2030.
Contoh proyek lainnya yang juga direncanakan untuk dimulai pada tahun depan ialah Proyek Petrokimia Lotte Chemical Indonesia. Saat beroperasi komersial nanti, proyek ini nantinya akan menghasilkan propilena, etilena, BTX, butadiena, polietilena, dan polipropilena.
Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) tunjuk empat kontraktor global untuk FEED proyek CAP2
Kapasitas agregatnya 3,1 juta ton per tahun. Proyek ini direncanakan mulai beroperasi komersial pada 2025-2030.
“Proyek-proyek ini kami harapkan bisa selesai 2025 atau 2026, sehingga nantinya akan bisa memenuhi (kebutuhan bahan baku) seluruhnya, jadi kita mungkin hanya sisa sedikit diharapkan yang masih bergantung dari impor,” tutur Khayam.
Sedikit informasi, industri plastik nasional memiliki peran dan memiliki keterkaitan dengan industri lain seperti makanan dan minuman, kosmetik, farmasi, elektronik, pertanian, otomotif, barang-barang rumah tangga, dan sektor konstruksi.
Saat ini, tingkat konsumsi plastik di Indonesia mencapai 22,5 kg per kapita per tahun. Kementerian Perindustrian mencatat, konsumsi plastik tumbuh 6%-7% per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News