Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Yudho Winarto
JAUH panggang dari api. Pepatah ini tepat disematkan pada program kewajiban (mandatory) pencampuran bahan bakar nabati (BBN) ke bahan bakar minyak (BBM). Program yang telah tercetus sejak enam tahun silam masih jauh dari target yang diharapkan.
Kewajiban pemanfaatan BBN atau biofuel sebetulnya sudah diatur dalam Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 20/2014 yang merupakan revisi kedua Permen ESDM Nomor 23/2008. Padahal, apabila program pemanfaatan biofuel berjalan sesuai peraturan, peran mafia minyak yang menguasai jaringan impor BBM bisa dipersempit.
Sebagai gambaran, sekarang ini Indonesia memproduksi minyak mentah sekitar 820.000 barel per hari (bph). Adapun kemampuan kilang minyak yang ada di Tanah Air hanya sekitar 700.000 bph atau setara 112.291 kiloliter per hari. (1 barel sama dengan 158,99 liter)
Sedangkan kebutuhan BBM baik berupa solar, premium, Pertamax, avtur, dan sejenisnya mencapai 1,6 juta bph baik untuk konsumsi transportasi, industri maupun listrik. Alhasil, impor BBM nasional bisa mencapai sekitar 900.000 bph setara 143.088 kl per hari atau 52,2 juta kl per tahun.
Untuk pemanfaatan biodiesel, semula pemerintah menargetkan bisa menekan angka impor minyak hingga 3,96 juta kl pada tahun ini. Targetnya menghemat devisa hingga US$ 3 miliar.
Target fantastis tersebut akan terwujud manakala seluruh sektor industri turut ikut mencampur biodiesel 10% pada solar yang mereka pakai, lalu campuran 10% ke transportasi baik solar subsidi maupun non subsidi sebanyak, serta pembangkit listrik dengan campuran 20%.
Sayang, rencana tidak bisa jalan. Beberapa masalah yang jadi penghambat mulai dari harga, angkutan logistik, hingga kesiapan fasilitas pencampuran (blending). Bahkan, hingga Oktober lalu, pemanfaatan biodiesel baru mencapai 1,44 juta kl.
Dadan Kusdiana, Direktur Bioenergi Kementerian ESDM melihat, meski masih dibawah target awal program pemanfaatan biodiesel sudah berjalan dengan baik. "Setiap tahun ada peningkatan besar, bahkan Indonesia nomor satu di dunia dalam pemanfaatan campuran biodiesel," katanya kepada KONTAN, (1/12).
Pada 2013 misalnya, dari total produksi biodiesel 2,8 juta kl, yang terserap di dalam negeri mencapai 1,05 juta kl dan 1,75 juta kl di ekspor ke China dan Amerika Serikat. Tahun ini, rencana produksi biodiesel mencapai 4 juta kl. Pemanfaatan di dalam negeri diperkirakan mencapai 1,8 juta kl.
Masih sedikitnya pemanfaatan biodiesel lantaran kapal perang TNI Angkatan Laut tidak bisa memakai biosolar dengan kandungan biofuel 10%. Padahal potensi pasokan biodiesel campuran ini bisa mencapai 300.000 kl per tahun.
Pemanfaatan biodiesel untuk PLN juga belum terealisasi, yakni dari target 808.000 kl, cuma bisa 165.256 kl. Lantaran daerah di timur Indonesia serta Sumatera Barat sulit terjangkau.
Paulus Tjakrawan, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) menyebut, pemakaian BBN optimal lantaran pemerintah tidak tegas kepada distributor BBM yang belum mencampurkan biodiesel ke solar. Padahal, produsen mampu memasok. Apakah pemerintah baru berani tegas soal ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News