Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
Dengan bercermin terhadap kondisi pasar dan harga batubara di Triwulan I tahun ini, Zaki pun mengamini bahwa 2020 menjadi tahun yang menantang bagi MYOH. Apalagi, negara-negara tujuan ekspor batubara seperti China dan India juga terkena imbas Corona.
Oleh sebab itu, sambung Zaki, hingga saat ini MYOH belum menetapkan secara detail target kinerja operasional maupun keuangan. Zaki bilang, pihaknya masih melakukan negosiasi dan finalisasi bersama klien yang berkontrak dengan MYOH.
"Masalah target, data 2020 masih belum ada. Proses negosiasi dengan klien masih berjalan," ungkapnya.
Yang jelas, kata Zaki, melihat kondisi pandemi seperi sekarnag, pihaknya akan mematok target lebih realistis dibanding tahun lalu. "Rasanya kami akan lebih realistis, mengingat banyaknya hambatan sejak awal tahun 2020 ini," sambungnya.
Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) telah membayar total US$ 321,31 juta utang pokok
Begitu juga dengan investasi atau belanja modal (capital expenditure/capex). Zaki bilang, pihaknya tidak akan seagresif dua tahun belakangan, sehingga akan lebih fokus untuk mengoptimalkan peralatan dan dump truck yang dibeli pada tahun lalu.
"Selama dua tahun terakhir kami sudah merealisasikan lebih dari US$ 25 juta, rasanya cukup lumayan banyak yang kami sudah keluarkan. Jadi kami akan optimalkan dulu pembelian yang lalu," ungkapnya.
Dalam catatan Kontan.co.id, tahun lalu MYOH telah membeli 10 unit dump truck dengan anggaran senilai US$ 14,5 juta. Sepanjang 2019, MYOH membukukan volume pengupasan lapisan batuan penutup atau overburden sebesar 55,2 juta bank cubic meter (bcm).
Angak itu naik 1,09% secara tahunan (yoy) dibandingkan raihan tahun sebelumnya. Sementara itu, volume pengambilan batubara atau coal getting MYOH juga tumbuh 13,49% yoy menjadi 11,1 juta ton di tahun lalu.
Dengan raihan itu, MYOH membukukan pendapatan US$ 254,45 juta atau naik 5,5% dari pendapatan pada 2018. Namun, MYOH hanya mengantongi laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 26,07 juta. Realisasi ini turun 15,62% dari laba bersih tahun 2018 yang mencapai US$ 30,89 juta.
Di tengah tekanan di industri pertambangan batubara, Zaki menyebut bahwa MYOH tetap mengejar diversifikasi bisnis ke sektor Independent Power Producer (IPP) atau bisnis listrik swasta.
Ia bilang, MYOH akan fokus ke IPP berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT). Menurut Zaki, tahun ini pun MYOH kembali mengincar kontrak di bisnis listrik, dan tengah menunggu pembukaan tender dari PT PLN (Persero).
"Diversifikasi ke IPP terutama EBT masih jalan, kami menunggu adanya pembukaan tender baru dari PLN," tandasnya.
Baca Juga: Harga batubara acuan mulai terpukul corona, Pengamat: Bisa mencapai US$ 60 per ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News