kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis batubara terpapar corona, Samindo Resources (MYOH) gencar cari kontrak baru


Kamis, 09 April 2020 / 18:41 WIB
Bisnis batubara terpapar corona, Samindo Resources (MYOH) gencar cari kontrak baru
ILUSTRASI. PT Samindo Resources Tbk (MYOH)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi corona (Covid-19) memukul perkenomian. Sektor bisnis tertekan, tak terkecuali untuk pertambangan batubara. Namun, di tengah kondisi itu, emiten jasa pertambangan PT Samindo Resources Tbk (MYOH) tetap intensif melakukan pendekatan supaya bisa mengantongi kontrak baru.

Kepala Hubungan Investor MYOH Ahmad Zaki Natsir mengungkapkan, meski di tengah tekanan pandemi, pihaknya tetap optimistis bisa memperluas pangsa pasar. Zaki bilang, MYOH sedang fokus mencari kontrak baru. Terlebih, kontrak bersama Bayan Group sudah selesai per November 2019 lalu.

"Kontrak Bayan sudah selesai per November 2019, saat ini kami sedang fokus cari kontrak baru. Kami berharap Corona ini cepat berlalu agar kami bisa lebih agresif melakukan pendekatan-pendekatan," kata Zaki saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/4).

Sayangnya, Zaki masih belum memberikan bocoran, jumlah atau perusahaan mana saja yang sedang dibidik MYOH. Yang jelas, saat ini pekerjaan MYOH masih bertumpu pada kontrak dari PT Kideco Jaya Agung, perusahaan batubara dari Indika Group.

Baca Juga: Harga batubara tertekan, begini strategi Indika Energy (INDY)

Dalam catatan Kontan.co.id, PT Kideco Jaya Agung menjadi satu-satunya pelanggan yang memiliki nilai transaksi lebih dari 10% dari pendapatan konsolidasian, yakni US$ 239,14 juta atau hampir 94% dari total pendapatan MYOH pada 2019.

Terkait dengan kinerja operasional, Zaki memastikan bahwa aktivitas di lapangan masih berjalan. Namun, ia tak menampik bahwa Covid-19 menjadi hambatan. Protokol kerja untuk mencegah penyebaran Covid-19 pun dilakukan, misalnya dengan melakukan karantina mandisi selama 14 hari bagi orang yang baru datang dari zona merah atau wilayah yang banyak kasus positif Covid-19.

"Kalau dampak Corona semua sektor pasti merasakan. Dari operasional pasti ada pembatasan, di tambang klien kami aktivitas masih berjalan," ungkap Zaki.

Ia menyampaikan, aktivitas ekspor pun tidak berhenti. Menurut Zaki, kondisi China yang mulai pulih dari Corona berpotensi untuk meningkatkan permintaan batubara dari Negeri Tirai Bambu tersebut.

Terkait dengan tekanan terhadap pasar dan harga batubara, Zaki menyebut bahwa hal tersebut tidak berdampak secara langsung terhadap MYOH. Hanya saja, jika klien sampai menurunkan produksi atau aktivitas pertambangan batubara, maka MYOH akan terkena imbasnya.

"Secara langsung tidak berpengaruh. Tapi kalau harga rendah, produksi klien rendah, target kami rendah juga, itu kurang lebih hubungannya," terang Zaki.

Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) buka opsi diversifikasi pasar karena harga batubara tertekan




TERBARU

[X]
×