kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bisnis Djarum membesar selepas krisis ekonomi


Selasa, 27 September 2016 / 11:37 WIB
Bisnis Djarum membesar selepas krisis ekonomi


Reporter: , | Editor: Rizki Caturini

Pepatah sang pendiri Grup Djarum, Oei Wie Gwan mendapat tempat khusus di kantor pusat PT Djarum yang berada di KS Tubun, Jakarta Barat: Selalu ada jalan keluar... jangan pernah putus asa. Bisa jadi kalimat Oei Wie Gwan inilah yang menjadi bejal dari kedua anaknya: Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, untuk bisa mengembalikan keterpurukan usaha rokok yang sudah dirintis sang ayah.

Pelan namun pasti, kedua kakak beradik ini mulai mengembangkan bisnis rokok, khususnya rokok kretek. Pasar rokok yang besar di Indonesia membuat bisnis Djarum bisa tumbuh dan menjadikannya salah satu pebisnis rokok terbesar di Tanah Air. KONTAN mencatat, tahun lalu, Djarum menggenggam 20% pangsa pasar rokok nasional.

Hasil dari melinting dan meracik produk rokok ini membuat Djarum bisa lebih leluasa mengembangkan bisnis di luar ranah rokok. Di bisnis elektronik, Djarum mencoba  peruntungan di bisnis tersebut dengan mengibarkan merek dagang Polytron. Sempat turun naik, produk Polytron, terutama televisi warna hemat energi dan produk audio sempat menguasai pasar nasional di era 1980-an, bahkan sampai sekarang.

Keinginan Djarum untuk lebih ekspansif di luar rokok semakin menjadi. Meski saat krisis ekonomi 1998 hampir seluruh perusahaan kakap terpuruk, pebisnis rokok termasuk Djarum, masih bisa mengepulkan asap.

Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) mencatat, kala itu, industri rokok kretek menguasai lebih dari 90% pasar rokok lokal. Tapi setelah pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan, peta industri rokok nasional berubah.

Sejumlah pebisnis rokok mulai memikirkan langkah lanjut untuk mengamankan bisnis. Termasuk Djarum. "Pasar rokok, gitu-gitu saja. Tumbuh, tapi cukai juga naik. Aturannya  aturannya juga sangat ketat," kata Victor R Hartono, anak tertua Budi Hartono kepada KONTAN, beberapa waktu lalu. 

Faktor inilah yang membuat Djarum bikin kaget jagat bisnis Tanah Air. Utamanya sewaktu perusahaan ini membeli sebagian besar saham Bank Central Asia (BCA) pada tahun 2012. Lantaran kinerja terus memberikan hasil positif, Djarum pun menambah porsi kepemilikan menjadi mayoritas di bank tersebut beberapa tahun kemudian.

Menurut Victor, pihaknya memang melihat setiap peluang bisnis yang ada. Nah, ketika orang lain tidak ada yang berani masuk ke satu bisnis, Djarum masuk. Namun, ketika banyak pebisnis ramai-ramai masuk ke bisnis tertentu, Djarum pun tidak lantas latah ikut masuk.

Makanya setelah BCA masuk dalam genggaman Djarum, publik lagi-lagi dikagetkan tatkala Grup Djarum menggelar proyek superblok dan kawasan perbelanjaan Grand Indonesia, sekaligus mengelola Hotel Indonesia pada tahun 2003.

Kiprah Djarum pun tak sebatas di bidang tersebut, melainkan merangsek ke sektor lain. Mulai dari bisnis menara, hingga bisnis digital. Di bisnis digital, Martin Hartono, anak kedua Budi Hartono, membesarkan Blibli, Kaskus, dan lainnya. Djarum juga tergolong agresif menggelontorkan dana ke bisnis digital. Yang terang, berbagai lini bisnis yang dikempitnya, mengantarkan pemilik Grup Djarum sebagai taipan terkaya di Indonesia  selama bertahun-tahun.   

Tiga putra mahkota di bisnis berbeda

Pemilik Grup Djarum, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono sejatinya sudah memberi ancang-ancang tongkat estafet kendali bisnis perusahaan kepada para calon penerusnya. Yakni Victor Hartono, Martin Hartono dan Armand Hartono. Ketiganya adalah anak Budi Hartono.

Menurut Victor Hartono, Chief Operating Officer PT Djarum, kedua orang tuanya memang memberi kewenangan kepada ketiga anaknya untuk bisa mengelola bisnis berdasarkan bidang usaha yang disukai. Seperti dirinya yang sudah lebih dulu berkiprah di PT Djarum. Dia didaulat menjadi perwakilan keluarga untuk mengembangkan bisnis perusahaan rokok ini lebih lanjut. Sedangkan sang adik, Martin Hartono, "Dia lebih suka yang berbau teknologi informasi," katanya kepada KONTAN.

Melihat keinginan dari sang adik, orang tua Victor pun memberi kewenangan kepada Martin mengembangkan bisnis digital. Langkah awal adalah mengakuisisi situs komunitas Kaskus dan langsung mengembangkan situs belanja Blibli. 

Tak berhenti sampai disitu, Martin juga mendirikan Global Digital Prima yang menjadi penyokong dana (angle investor) bagi para usaha rintisan atau start up yang dinilai punya potensi untuk tumbuh.

Nah, di bidang yang satu ini, kiprah bisnis Grup Djarum tergolong pesat perkembangannya. Sejumlah usaha rintisan sudah mereka akuisisi untuk mereka dorong perkembangan bisnisnya agar lebih maju. 

Adapun Armand Hartono mendapat titah menjalankan laju bisnis  keuangan Bank Central Asia (BCA). Di salah satu bank terbesar di Indonesia tersebut, Armand menggenggam jabatan sebagai Wakil Presiden Direktur Bank Central Asia.

Sedangkan untuk lini bisnis yang lain seperti menara, menurut Victor pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada para profesional untuk mengembangkan bisnis tersebut.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×