kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.211   70,15   0,98%
  • KOMPAS100 1.108   13,11   1,20%
  • LQ45 880   13,40   1,55%
  • ISSI 221   1,38   0,63%
  • IDX30 450   7,23   1,63%
  • IDXHIDIV20 541   6,43   1,20%
  • IDX80 127   1,62   1,29%
  • IDXV30 135   0,66   0,50%
  • IDXQ30 149   1,87   1,27%

Dikabarkan Minta Penyesuaian Harga Gas dari Blok Corridor, Ini Jawaban Bos Medco


Minggu, 15 Oktober 2023 / 13:32 WIB
Dikabarkan Minta Penyesuaian Harga Gas dari Blok Corridor, Ini Jawaban Bos Medco
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT Medco Energi Internasional Tbk. Hilmi Panigoro saat ditemui di Jakarta (13/10).


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di balik wacana kenaikan harga gas di hilir yang sempat diusulkan PT Pertamina Gas Negara (PGN) beberapa waktu lalu, dikabarkan ada operator migas yang mengajukan penyesuaian harga gas di hulu. 

Salah satu yang namanya sudah mencuat ialah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang mengajukan kenaikan harga gas di Lapangan Grissik, Blok Corridor, Sumatera Selatan untuk menjaga tingkat produksinya. 

Ketika dikonfirmasi, Direktur Utama Medco Energi, Hilmi Panigoro menegaskan, alokasi dan harga gas sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah. Sebagai produsen di hulu, pihaknya bertugas  memaksimalkan produksi dengan seefisien mungkin. 

“Urusan alokasi dan harga, itu adalah urusan pemerintah,” ujarnya ditemui selepas acara Tripatra Sustainable Engineering Summit di Jakarta, Jumat (13/10). 

Baca Juga: Jurus Geber Proyek Jargas, Gandeng Swasta Hingga Rencana Patok Harga Gas Hulu

Meski Blok Corridor termasuk ke dalam lapangan gas tua (mature), Hilmi mengemukakan Medco memiliki kelebihan untuk tetap mempertahankan produksi di sana. 

“Dan ini sudah kita buktikan berkali-kali, waktu itu ngambil dari Natuna begitu juga di Corridor,” terangnya 

Selain itu, Hilmi bilang kelebihan Medco lainnya ialah mampu menjaga biaya produksi dari Blok Corrdior di mana saat ini berada di bawah US$ 10 per barel setara minyak.  Bercermin dari upaya tersebut, Medco yakin bisa terus mempertahankan tingkat produksi setinggi mungkin di Blok Corridor. 

Dirjen Migas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menyatakan Lapangan Grissik masuk ke dalam kategori lapangan tua. Maka itu diperlukan upaya-upaya tambahan dalam produksi itu. 

“Lapangan Grissik, Medco Grissik, kita evaluasi. Yang pertama kita pertimbangkan cost-nya harus wajar benchmark ada jadi yang paling penting itu. IRR itu akibat dari cost-nya, jadi harus benerin dulu cost-nya,” ujarnya ditemui di Kementerian ESDM, Senin (2/10). 

Pihaknya akan duduk bersama dengan pihak yang berkepentingan untuk membahas biaya produksi di sana.

Baca Juga: Harga Minyak Panas Lagi, Medco Energi (MEDC) Berharap Dongkrak Kinerja Tahun Ini

“Intinya harga gas tidak naik lah, kita akan duduk bareng sama mereka, antara yang berkepentingan. Yang pertama kita pertimbangkan cost-nya harus wajar,” tandasnya. 

Ekonom Energi sekaligus pendiri ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto menilai, secara umum kebijakan menahan harga yang tidak sesuai dengan keekonomian baik dari sisi hulu ataupun demi menjaga harga di sisi hilir, sebenarnya tidak sehat bagi iklim investasi energi. 

Pasalnya saat ini harga minyak dan gas dunia sedang mengalami kenaikan signifikan sepanjang 2022 hingga 2023. Penyesuaian harga sebenarnya hal yang wajar jika ditinjau dari prinsip keekonomian.

“Selain itu juga tidak kondusif untuk mendorong eksplorasi produksi di sisi hulu. Sedangkan di sisi midstream juga tidak memberi sinyal yang positif untuk bisa mendorong pengembangan energi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (3/10). 

Menurutnya, dampak menahan harga tersebut tentu juga akan berdampak pada sisi hilir di mana akan menimbulkan distorsi ekonomi dalam konteks inefisiensi alokasi sumber daya terkait dengan keuangan negara. 

Sejatinya, lanjut Pri Agung, kenaikan harga gas di hulu akan meningkatkan penerimaan negara baik itu melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) maupun Pajak Penghasilan (PPh)  migas.

Melalui itu, sebenarnya pemerintah bisa memiliki ruang untuk memberikan subsidi atau insentif langsung pada industri yang ditargetkan. 

“Ini sebenarnya tidak hanya lebih sesuai dengan prinsip ekonomi, di mana subsidi atau insentif langsung atau tertutup adalah sistem yang lebih tepat dibandingkan sistem subsidi pada harga. Sehingga harga tidak sesuai dengan tingkat keekonomian,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×