Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah menyiapkan strategi transformasi dalam satu dekade atau 10 tahun ke depan seiring dengan era transisi energi. PTBA bahkan sudah menargetkan kontribusi pendapatan dari bisnis energi bisa mencapai 30% di 2030.
VP Pengembangan Energi Bukit Asam, Julismi menjelaskan, saat ini bisnis energi kontribusinya masih kecil di bawah 10%.
Pada materi paparannya, di 2022 kontribusi pendapatan dari sektor batubara masih menyumbang di atas 95% dari pendapatan, sedangkan sisanya dari pendapatan lain yakni bisnis energi.
“Pendapatan dari bisnis energi diharapkan pada 2030 bisa berkontribusi 30% dari total pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan,” ujarnya dalam webinar DETalk Energi Nasional Terus Melaju untuk Indonesia Maju, Selasa (15/8).
Julismi menerangkan, pihaknya saat ini telah menentukan peta jalan transformasi bisnis dalam beberapa dekade ke depan. Rencana ini diharapkan menjadi pedoman untuk menjaga posisi Bukit Asam dalam menjaga ketahanan energi nasional dan mengikuti arus bisnis transisi energi global.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) Masih Ingin Alih Kelola PLTU Pelabuhan Ratu
Transformasi bisnis ini dilakukan dengan tetap mengoptimalkan cadangan batubara sebanyak 3,33 miliar ton yang berada di seluruh konsesi tambang.
“Kami berencana dalam 10 tahun ke depan melakukan perubahan bentuk perusahaan dengan visi dari batubara menjadi energy company,” ujarnya.
Kemudian berlanjut di 2040, PTBA menargetkan sudah bisa mengubah bisnisnya menjadi perusahaan kimia dengan melakukan diversifikasi produk batubara bernilai tambah.
Asal tahu saja, saat ini Bukit Asam masih melakukan penjajakan teknologi gasifikasi batubara menjadi dymethil ether (DME) atau pengganti gas LPG.
Lantas, di 2050 PTBA menginginkan Bukit Asam tidak lagi dikenal sebagai perusahaan batubara, tetapi sebagai perusahaan energi dan kimia.
Julismi yakin peluang untuk menjadi perusahaan energi terbuka lebar. Salah satu cara untuk mewujudkannya dengan menyinergikan energi yang tidak hanya berbasis fosil tetapi juga membuat beberapa proyek energi terbarukan yang dikerjakan dengan beberapa pihak.
Salah satunya, PTBA bersama China Huadian Corporation (CHD) melalui Nota Kesepahaman (MoU) yang ditandatangani pada tanggal 18 Oktober 2022 menjajaki pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) berkapasitas sekitar 1.300 MW di China Selatan dan pengembangan energi terbarukan lainnya di Indonesia yang saat ini sedang dalam proses feasibility study.
Pada 17 April 2023 lalu, PTBA menyepakati Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan HDF Energy yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan energi terbarukan, salah satunya hydrogen fuel.
HDF Energy dan PTBA menjajaki kerja sama pengembangan infrastruktur hydrogen fuel berskala besar di wilayah operasi PTBA sebagai upaya pengurangan emisi karbon.
Infrastruktur ini dapat menyediakan energi hijau yang stabil dan berkelanjutan, yang dibutuhkan untuk operasi PTBA sendiri atau dijual ke pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News