Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari
Chairman Cotton Council International, Hank Reichle menyampaikan bahwa terdapat optimisme di kalangan pelaku industri garmen global pasca ditetapkannya Covid -19 sebagai pandemi. Optimisme tersebut didasari oleh adanya perubahan perilaku konsumen terkait permintaan produk garmen yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Reichle menyampaikan bahwa dari data survei global U.S. Cotton Trust Protocol terkini, 54% pemimpin perusahaan brand garmen dan tekstil mengatakan bahwa mereka telah melihat tuntutan konsumennya akan praktik dan produk yang ramah lingkungan meningkat sejak awal pandemi Covid-19.
Berdasarkan data yang sama, 59% responden percaya bahwa konsumen akan tetap memprioritaskan harga saat melakukan pembelanjaan.
“Dengan data tersebut, untuk memperkuat optimisme industri tekstil pasca pandemi, tentu para pelaku industri tekstil perlu melakukan transformasi industri dengan mengadaptasi tuntutan konsumen terkait produk tekstil yang lebih ramah lingkungan," jelasnya.
Baca Juga: Industri 4.0 diyakini dapat menaikkan efisiensi dan mengurangi biaya hingga 15%
Reichle memaparkan hal ini bertujuan untuk terus bisa terus tumbuh, bahkan dapat meningkatkan ekspansi bisnis di level yang lebih luas.
Reichle menambahkan bahwa saat ini, berbagai perusahaan di seluruh dunia mencari cara untuk meneruskan program keberlanjutan mereka selama pandemi berfokus untuk terus berusaha bertahan dengan peningkatan bantuan dari kemitraan luar (62%) sampai mereka mampu berinvestasi kembali dalam inovasi baru yang besar.
“Lebih dari 62% responden survey yang disampaikan para pemimpin perusahaan garmen global menyampaikan bahwa program keberlanjutan produk menjadi fokus utama saat ini. Selain itu, 59% responden juga menyampaikan bahwa mereka melakukan transparansi dalam produksi produk yang ramah lingkungan.” jelasnya.
Selanjutnya: Kemenperin memperoleh pagu anggaran untuk tahun 2021 sebesar Rp 3,18 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News