kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dukung transisi energi, Pertamina akan maksimalkan panas bumi dan gasifikasi batubara


Selasa, 25 Februari 2020 / 20:26 WIB
Dukung transisi energi, Pertamina akan maksimalkan panas bumi dan gasifikasi batubara
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

Harga panas bumi sendiri, lanjut Nicke, masih tergolong mahal lantaran sumber energi tersebut mayoritas berada di luar pulau Jawa. Investasi untuk pengembangan energi tersebut juga terbilang mahal.

Baca Juga: SKK Migas dan KKKS siap optimalkan sumur tua

Selain itu, Pertamina juga akan memaksimalkan dimethylether atau produk hasil gasifikasi batubara sebagai subtitusi Liqufied Petroleum Gas (LPG). Ini mengingat Indonesia masih sering mengimpor LPG dari luar negeri hingga 5 juta metrik ton per tahun.

Untuk program yang satu ini, Pertamina sudah bekerjasama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) untuk pengembangan pabrik DME di Tanjung Enim, Sumatra Selatan. Proyek tersebut juga melibatkan Air Product & Chemical Inc yang merupakan perusahaan asal Amerika Serikat untuk membantu dari segi optimalisasi teknologi pengolahan DME.

Nicke menyebut, pihaknya sudah menghitung potensi harga produk DME yang diperkirakan sekitar US$ 20 per ton-US$ 21 per ton.
"Angkanya murah karena batubara yang digunakan untuk DME adalah kalori rendah," imbuh dia.

Pabrik DME hasil kerjasama Pertamina dan PTBA nantinya akan menghasilkan DME sebanyak 1,4 juta ton per tahun.

Catatan Kontan.co.id, nilai investasi pembangunan pabrik DME mencapai US$ 3,2 miliar. Investasi tersebut besar karena proses pengembangan DME berlangsung dari hulu hingga hilir.

Baca Juga: Kementerian ESDM tawarkan lima wilayah kerja panas bumi di tahun ini

Agar transisi dari LPG ke DME berjalan maksimal, Nicke berharap akan ada lima pabrik DME yang bisa dibangun di Indonesia.

"Karena satu pabrik kapasitasnya 1,4 juta ton, maka mesti lima pabrik yang ada di Indonesia supaya bisa menutupi ekspor lima juta ton LPG per tahun," terang Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×