Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membantah telah memberikan rekomendasi atas izin ekspor konsentrat tembaga kepada PT Freeport Indonesia (PTFI).
Hal ini sekaligus mematahkan target Freeport McMoRan yang dalam laporan Rueters Kamis (13/02) diperkirakan akan melanjutkan pengiriman konsentrat tembaga dari Indonesia bulan Februari ini.
Sebelumnya, menurut sumber Rueters, Freeport akan memuat kargo dengan tujuan China pada hari Jumat untuk mengantisipasi adanya penerimaan izin ekspor pada akhir bulan ini.
Lebih lanjut, pengiriman konsentrat tembaga dari tambang perusahaan di Grasberg, diperkirakan akan berangkat pada akhir Februari, kata sumber kedua Reuters.
Baca Juga: Kementerian ESDM Belum Keluarkan Surat Rekomendasi Perpanjangan Ekspor Freeport
Adapun saat dikonfirmasi Kontan, Jumat (14/02) di Kantor ESDM Jakarta, Direktur Jenderal (Dirjen) Mineral dan Batu Bara (Minerba), Tri Winarno mengatakan Freeport belum bisa melakukan ekspor konsentrat tembaga karena belum ada rekomendasi ekspor dari pihaknya.
"Selama belum ada rekomendasi ekspor, ya mereka nggak bisa dapat ekspor. Udah itu aja," kata dia.
Tri juga mengatakan ESDM belum bisa memberikan tanggal pasti terkait munculnya rekomendasi ekspor tersebut.
"Kan belum tahu. Belum. Sampai sekarang belum," tambahnya.
Meski begitu, dirinya bilang ESDM mendukung untuk perpanjangan ekspor dengan mempertimbangkan syarat dan ketentuan yang berlaku. Salah satunya terkait pertimbangan penyebab kebakaran smelter PTFI di Gresik pada 14 Oktober 2024 lalu.
"Mendukung mendukung, tapi syarat dan ketentuan berlaku lah," tambahnya.
Baca Juga: Freeport Siap Melanjutkan Ekspor Konsentrat Tembaga dari Indonesia Bulan Ini
Disamping itu, Tri mengatakan saat ini PTFI juga tengah melakukan efisiensi produksi konsentrat tembaga mereka. Akibat tidak berjalannya smelter dan belum keluarnya izin ekspor.
Efisiensi ini membuat PTFI menekan produksi tembaga mereka di tambang di angka 60% jika dibandingkan produksi normal yang mencapai 100%.
"Sudah-sudah (turun produksi), jadi 60%," kata dia.
Menurut Tri, penekanan pada produksi tambang atau bagian undergroud adalah keputusan PTFI untuk memelihara produksi, sambil memperhitungkan kemampuan stockpile atau tempat penyimpanan sementara tembaga mereka.
"Kalau misalnya underground, dia kan kemarin sempat maintenance sampai produksinya turun 40%. Ya kalau mau naik (produksi), ya naik saja," jelasnya.
Selanjutnya: Rupiah Spot Menguat 0,67% ke Rp 16.251 Per Dolar AS pada Jumat (14/2)
Menarik Dibaca: Motor Listrik Davigo Dragon-SLi Bisa Lahap Jakarta-Bandung Tanpa Isi Ulang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News