Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dijadwalkan bertemu dengan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Emanuel Melkiades Laka Lena pada pekan depan.
Pertemuan ini bertujuan membahas kelanjutan proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) di Pulau Flores yang sempat menuai penolakan dari masyarakat.
Baca Juga: PGEO Lakukan Singkronisasi PLTP Lumut Balai Unit 2, 55 MW Siap Masuk Jaringan Listrik
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi menyebutkan bahwa diskusi akan mencakup laporan hasil uji petik di enam titik lokasi proyek panas bumi yang telah dilakukan oleh tim teknis.
“Tim sudah ke lapangan, ke enam lokasi. Laporannya sudah saya terima. Saya akan bertemu Pak Gubernur mungkin minggu depan,” kata Eniya saat ditemui, Kamis (19/6).
Flores sebagai Pulau Geothermal Prioritas
Sebagai informasi, Pulau Flores telah ditetapkan sebagai kawasan prioritas pengembangan panas bumi melalui SK Menteri ESDM No. 2268 K/30/MEM/2017.
Baca Juga: Kembangkan PLTP, PLN Indonesia Power Telah Produksi Energi Panas Bumi 5,6 GWh
Pulau ini dikenal memiliki potensi panas bumi yang melimpah dan dinilai mampu menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar diesel.
Namun, pengembangan PLTP di Flores tidak lepas dari tantangan. Sejumlah masyarakat, organisasi adat, serta lembaga keagamaan seperti Keuskupan Ende menolak proyek ini karena khawatir akan dampak lingkungan dan sosial.
Sejumlah Proyek Sudah Berjalan
Saat ini, beberapa proyek PLTP di Flores sudah berjalan, seperti PLTP Mataloko (Ngada), Poco Leok, dan Wae Sano.
Kementerian ESDM juga telah mengutus Direktur Panas Bumi Gigih Udi Atmo untuk berdialog dengan para pemangku kepentingan, termasuk PT Sokoria Geothermal Indonesia, PT PLN, dan PT Daya Mas Geopatra Energi.
Baca Juga: PLTP Muara Laboh Unit 2 Ditargetkan Rampung 2027
Dalam kesempatan sebelumnya, Eniya menjelaskan bahwa pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Flores secara geografis paling memungkinkan hanya dari sumber panas bumi.
“Kami sudah telaah, satu-satunya potensi energi baru terbarukan di Flores adalah panas bumi,” ujar Eniya dalam Konferensi Pers The 11th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition (IIGCE) 2025, Senin (14/4).
Potensi EBT lain seperti PLTA tidak cocok karena kondisi geografis Flores yang relatif kering, sementara PLTS membutuhkan lahan luas dan tidak mencukupi kebutuhan beban dasar listrik (baseload power) di Flores.
“Satu-satunya anugerah alam di sana adalah panas bumi,” tegas Eniya.
Penolakan dan Upaya Pendekatan
Meski demikian, Eniya mengakui adanya isu negatif terkait proyek panas bumi yang menimbulkan resistensi masyarakat di sejumlah wilayah.
Baca Juga: ESDM Dorong Bali Punya PLTP untuk Hindari Blackout
“Terus terang saya sedang di-demo di Flores. Tapi kami sedang berkomunikasi intens dengan Pak Gubernur. Kebetulan beliau juga sahabat baik Pak Menteri, jadi mudah-mudahan nanti suasana bisa lebih cair,” ungkapnya.
Pemerintah berharap koordinasi lintas pemangku kepentingan dapat membuka jalan bagi percepatan pemanfaatan potensi panas bumi sebagai sumber energi bersih dan berkelanjutan di wilayah timur Indonesia.
Selanjutnya: Platform Ini Berupaya Sediakan Kecerdasan Buatan Untuk Sektor UMKM
Menarik Dibaca: 5 Tanaman yang Bisa Meningkatkan Kesehatan Mental Anda, Ada Lidah Buaya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News