Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan produksi batubara pada tahun 2022 berpotensi mencapai 664 juta ton.
Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Sunindyo Suryo Herdadi mengungkapkan, pihaknya telah melakukan hearing dengan para pelaku usaha seputar rencana produksi tahun 2022.
Adapun, untuk sementara ini, Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan batubara untuk domestik akan mencapai 190 juta ton pada tahun depan. Jumlah ini meningkat dari kebutuhan batubara domestik tahun ini yang sebesar 137,5 juta ton.
"Rentang produksi untuk tahun depan itu memang saat ini sedang difinalisasi, rentang sekitar 637 juta ton sampai yang tertinggi 664 juta ton," kata Sunindyo dalam Webinar Minerba Virtual Fest 2021, Selasa (21/12).
Baca Juga: IESR Menilai Akselerasi Energi Bersih Mutlak Dilakukan
Sunindyo melanjutkan, angka ini masih berpotensi mengalami perubahan sembari melihat perkembangan produksi sampai tutup tahun ini. Selain itu, saat ini pun Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM masih memproses rencana kerja dari perusahaan-perusahaan batubara.
Selain itu, penyusunan rencana produksi pun dipastikan juga bakal mempertimbangkan kebutuhan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan komponen lainnya.
Produksi 2021 tak capai target
Sementara itu, produksi batubara pada tahun ini dipastikan tidak akan mencapai target yang ditetapkan sebesar 625 juta ton.
Pelaksana harian Sekretaris Dirjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid mengungkapkan realisasi produksi batubara saat ini mencapai 560 juta ton atau 89,6% dari target.
Sementara itu, pemanfaatan batubara domestik telah mencapai 121,3 juta ton atau 88,2% dari target.
"Dan yang terpenting adalah bahwa kebutuhan batubara dalam negeri telah terpenuhi semuanya," ungkap Wafid.
Baca Juga: Perusahaan Batubara Getol Diversifikasi Bisnis
Sebelumnya, Kementerian ESDM memproyeksikan produksi batubara sampai tutup tahun ini hanya akan mencapai setidaknya 610 juta ton atau di bawah target sebesar 625 juta ton.
Sunindyo menjelaskan, industri batubara mengalami kendala cuaca sejak pertengahan tahun 2021 hingga saat ini. Curah hujan yang tinggi diakui membuat perusahaan-perusahaan batubara tak dapat merealisasikan rencana produksinya.
"Karena Kalimantan dan sekitarnya itu ada fenomena La Nina sehingga curah hujan sangat tinggi sekali, sehingga memang dengan alasan keselamatan kemudian juga penataan tambang itu sendiri sehingga ada beberapa perusahaan yang tidak bisa merealisasikan produksinya," ungkap Sunindyo.
Kendati demikian, Sunindyo mengharapkan disela-sela situasi yang kondusif nantinya perusahaan-perusahaan dapat tetap menjalankan rencana produksi sesuai dengan yang disetujui pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News