Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Freeport Indonesia (PTFI) mengajukan permohonan tambahan kuota ekspor konsentrat tembaga untuk tahun 2024.
Hal ini dilakukan menyusul kapasitas penyimpanan konsentrat di pelabuhan Amamapare dan smelter PTFI yang telah penuh, yang dapat mengganggu operasi tambang di Tembagapura.
Baca Juga: MIND ID Dorong Hilirisasi Pertambangan dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
“Fokus kami saat ini adalah memohon tambahan kuota ekspor untuk tahun 2024. Kapasitas penyimpanan kami di pelabuhan Amamapare maupun di Smelter PTFI telah penuh, sehingga dapat berakibat pada terganggunya produksi tambang,” ujar VP Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, kepada Kontan.co.id, Jumat (20/12).
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menyatakan bahwa permohonan tambahan kuota ekspor tembaga PTFI sedang dalam proses pembahasan.
"Ya, lagi dibahas," ungkapnya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM.
Pengelolaan ekspor konsentrat tembaga diatur secara ketat oleh pemerintah sebagai bagian dari kebijakan hilirisasi mineral.
Baca Juga: Menimbang Alasan Freeport Minta Relaksasi Ekspor Konsentrat Tembaga, Apa Masih Layak?
Kebijakan ini bertujuan meningkatkan nilai tambah dengan mengolah mineral di dalam negeri.
Namun, tantangan operasional, seperti kapasitas penyimpanan dan pembangunan smelter, menjadi kendala bagi perusahaan tambang.
Kementerian ESDM mempertimbangkan perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga bagi PTFI dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara hingga awal 2025.
Kebijakan ini bertujuan memberikan waktu tambahan bagi kedua perusahaan untuk menyelesaikan pembangunan smelter.
Namun, perpanjangan izin hanya akan diberikan jika progres pembangunan smelter mencapai 100% pada Desember 2024.
Baca Juga: Dari Puncak dan Perut Bumi Papua, Tembaga dan Emas Freeport Dihasilkan
Gangguan Operasional Smelter Gresik
Pembangunan smelter PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur menghadapi tantangan besar setelah kebakaran yang terjadi pada Oktober 2024.
Insiden tersebut mengganggu operasi salah satu unit vital, yaitu gas cleaning yang berfungsi mengolah gas CO2 menjadi asam sulfat (H2SO4).
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menjelaskan bahwa tanpa unit gas cleaning, operasi smelter tidak dapat dilanjutkan.
“Meski unitnya kecil, fungsinya vital. Tanpa unit ini, produksi tidak bisa dilanjutkan karena gas CO2 harus diolah terlebih dahulu,” ujar Tony, Rabu (4/12).
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menambahkan bahwa kerusakan pada smelter Freeport terjadi di bagian pemisahan gas bersih.
Baca Juga: Smelter Belum Beroperasi, Freeport Minta Perpanjangan Izin Ekspor
Upaya perbaikan sedang dilakukan, dan smelter diharapkan dapat kembali beroperasi normal dalam enam bulan ke depan.
“Mudah-mudahan dalam enam bulan ke depan smelter dapat kembali normal. Kami memohon dukungan agar perbaikan ini dapat berjalan lancar,” ungkap Hendi dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR.
Permintaan tambahan kuota ekspor tembaga menjadi langkah strategis PTFI untuk menjaga kelangsungan produksi di tengah tantangan operasional.
Sementara itu, pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan smelter untuk memenuhi target hilirisasi minerba.
Selanjutnya: Kabar Duka, Peluang Tipis Terjadinya Window Dressing di Sisa Akhir Tahun 2024
Menarik Dibaca: Promo Superindo Weekday 23-26 Desember 2024, Beli 1 Gratis 1 Jamur Enoki
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News