Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi katoda tembaga di industri dalam negeri masih rendah. Alhasil, produksi katoda tembaga Indonesia harus dijual ke pasar ekspor.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan konsumsi katoda tembaga oleh industri dalam negeri masih kecil. Hal ini berimbas pada stok katoda tembaga yang lebih tinggi dari permintaan dalam negeri, sehingga harus diekspor.
Seperti diketahui, PTFI telah membangun dua fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) tembaga. Smelter pertama, PT Smelting, yang sudah beroperasi sejak 1996, hampir setengah produksi katoda tembaganya masih diekspor sekitar 150.000 ton dan sisanya 200 ribu ton dikonsumsi dalam negeri. Kedua, smelter katoda di Gresik yang baru diresmikan pada September 2024.
Baca Juga: Smelter Katoda Milik Freeport di Gresik Beroperasi Penuh pada Januari 2025
"Pekerjaan rumah kita semuanya adalah bagaimana supaya itu dikonsumsi di dalam negeri," kata Tony dalam BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Selasa (8/10).
Menurut Tony, persoalannya adalah penyerapan katoda tembaga yang minim ini bukan karena permintaan tembaga yang sedikit, namun karena pengembangan industri hilir yang membutuhkan katoda tembaga belum terintegrasi dengan baik.
Tony menuturkan sejauh ini pemerintah Indonesia masih mengizinkan impor produk utuh yang mengandung kadar tembaga tinggi. Contohnya ducting AC dan electronic processor unit pada kendaraan roda empat.
Baca Juga: Dorong Hilirisasi, Grup MIND ID Sudah Gelontorkan Investasi Sebesar Rp 90,6 Triliun
Tony berharap pengembangan industri baterai kendaraan listrik juga bisa terealisasi di Indonesia karena 10% komponen baterai butuh katoda tembaga.
"Tembaga ini juga akan sangat bermanfaat bagi pembangunan new renewable energy kalau PLN seandainya jadi bangun 47.000 km transmisi bawah laut dan menggunakan katoda tembaga dalam negeri, ini akan sangat pas," pungkasnya.
Selanjutnya: PTPN IV PalmCo Targetkan 2,1 Juta Bibit Unggul Diserap Petani Hingga Akhir 2024
Menarik Dibaca: Agritech Koltiva Bantu Rantai Pasokan Produk Pertanian Bisa Terlacak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News