Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Satu lagi sektor industri yang keberatan terhadap pelaksanaan kesepakatan perdagangan bebas alias free trade agreement (FTA) antara ASEAN dan India. Industri farmasi meminta agar FTA tak segera diberlakukan. Alasan mereka, saat ini industri farmasi dalam negeri masih belum bisa bersaing dengan industri farmasi India.
Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GP Farmasi) mengungkapkan, industri farmasi Indonesia masih tertinggal ketimbang industri farmasi India. "India adalah salah satu eksportir terbesar industri farmasi dunia," ungkap Ketua Umum Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia Anthony Charles Sunarjo kepada KONTAN, Senin (31/8).
Padahal, selain sebagai negara produsen farmasi besar, India juga termasuk produsen bahan baku obat utama di Asia. Alhasil, kalau FTA mulai berlaku, pangsa pasar produsen farmasi lokal bakal tergerus dengan masuknya obat-obatan dari India.
Produk farmasi lokal yang bakal sulit bersaing terutama produk obat-obatan nonpaten. “Terutama produk antibiotik dan anti-infeksi,” rinci Anthony. Pasalnya, Indonesia masih mengimpor sejumlah bahan baku dari luar, sementara India sudah bisa memproduksi bahan baku obat sendiri.
Saat ini industri farmasi lokal masih bisa bertahan sebab pangsa pasar obat dari India masih di bawah 10%. “Jika bea masuk nol, produk mereka bisa masuk dengan harga lebih murah,” jelas Anthony.
Menurut catatan GP Farmasi, saat ini nilai pasar farmasi dalam negeri mencapai US$ 3 miliar. Adapun nilai ekspor farmasi sendiri baru sebanyak US$ 100 juta.
Anthony mengakui wajar kalau India tertarik pada pasar farmasi Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan pasar obat domestik mencapai 15% setiap tahunnya.
Apalagi, Pemerintah India juga mendorong pengusaha farmasi di sana untuk melakukan ekspor. Pekan lalu, Menteri Perdagangan India Anand Sharma, seperti dikutip Dow Jones, mengumumkan skema pengembalian pajak untuk eksportir bidang farmasi. India juga memberi insentif pajak bagi perusahaan yang berorientasi ekspor.
Menanggapi kekhawatiran industri farmasi tersebut, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu meminta para produsen farmasi meningkatkan daya saing produknya agar bisa mengimbangi produk India. Apalagi, pelaksanaan FTA baru akan mulai 2010 nanti dan pengurangan tarif juga akan diberlakukan secara bertahap. "Masih ada waktu untuk meningkatkan nilai tambah," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News