kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Gapki Soroti Kampanye Negatif terhadap Produk Kelapa Sawit di India dan Pakistan


Minggu, 07 Juli 2024 / 17:27 WIB
Gapki Soroti Kampanye Negatif terhadap Produk Kelapa Sawit di India dan Pakistan
ILUSTRASI. Pekerja menurunkan tandan buah segar dari bak mobil di salah satu rumah jual beli hasil perkebunan sawit di Kota Bengkulu, Bengkulu, Jumat (5/7/2024). Kementerian Perdagangan menetapkan harga referensi komoditas minyak kelapa sawit untuk periode Juli 2024 sebesar 800,75 dolar AS per metrik ton (MT) atau meningkat 21,93 dolar Amerika Serikat (AS) dari periode Juni 2024 sebesar 778,82 dolar AS per MT. ANTARA FOTO/Muhammad Izfaldi/tom.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyoroti adanya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia yang dilakukan oleh pemuda asal India dan Pakistan. Ironisnya, kedua negara tersebut merupakan importir terbesar kelapa sawit dari Indonesia.

Ketua Kompartemen Media Relation Gapki Fenny Sofyan menyatakan bahwa kampanye yang terjadi di India dan Pakistan ini dapat berdampak negatif pada produk kelapa sawit dalam negeri.

“Anak muda di sana mulai anti sawit karena campaign-campaign yang disebarkan. Di beberapa supermarket di India dan Pakistan, harga minyak sawit lebih mahal dibandingkan minyak nabati lainnya,” kata Fenny di Gedung Kementerian Pertanian, Kamis (3/7).

Baca Juga: Pemerintahan Baru Diharapkan Perkuat daya saing, dan Lindungi Sawit

Fenny menjelaskan bahwa isu mengenai penggunaan minyak nabati yang sehat mulai gencar disuarakan pada acara Sustainable Vegetable Oil Conference pada September 2023.

Kampanye anti sawit ini, menurutnya, tercetus karena adanya anggapan bahwa minyak sawit berdampak buruk pada kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19.

“Di India, kampanye negatifnya lebih banyak terkait dengan bagaimana minyak sawit berpengaruh terhadap kesehatan. Isu ini berkembang di kalangan muda-mudi India dan didukung oleh banyak artis serta selebgram yang mengkampanyekannya,” jelas Fenny.

Untuk menindaklanjuti kampanye negatif tersebut, Fenny mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Malaysia Palm Oil Association.

Namun, ia menegaskan bahwa kampanye yang dilakukan oleh pemuda India hanya menyasar aspek kesehatan, bukan keberlanjutan industri sawit.

Baca Juga: Produktivitas Stagnan, Ekspor Produk Sawit Turun Jadi US$ 8,25 Juta di April 2024

“India juga mulai resah dengan ketergantungannya terhadap sawit. Mereka sudah mulai membuka perkebunan sendiri, namun tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka,” tandasnya.

Dengan situasi ini, Gapki diharapkan dapat menemukan strategi yang efektif untuk mengatasi kampanye negatif dan tetap menjaga citra positif produk kelapa sawit Indonesia di pasar internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×