Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyoroti adanya kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia yang dilakukan oleh pemuda asal India dan Pakistan. Ironisnya, kedua negara tersebut merupakan importir terbesar kelapa sawit dari Indonesia.
Ketua Kompartemen Media Relation Gapki Fenny Sofyan menyatakan bahwa kampanye yang terjadi di India dan Pakistan ini dapat berdampak negatif pada produk kelapa sawit dalam negeri.
“Anak muda di sana mulai anti sawit karena campaign-campaign yang disebarkan. Di beberapa supermarket di India dan Pakistan, harga minyak sawit lebih mahal dibandingkan minyak nabati lainnya,” kata Fenny di Gedung Kementerian Pertanian, Kamis (3/7).
Baca Juga: Pemerintahan Baru Diharapkan Perkuat daya saing, dan Lindungi Sawit
Fenny menjelaskan bahwa isu mengenai penggunaan minyak nabati yang sehat mulai gencar disuarakan pada acara Sustainable Vegetable Oil Conference pada September 2023.
Kampanye anti sawit ini, menurutnya, tercetus karena adanya anggapan bahwa minyak sawit berdampak buruk pada kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19.
“Di India, kampanye negatifnya lebih banyak terkait dengan bagaimana minyak sawit berpengaruh terhadap kesehatan. Isu ini berkembang di kalangan muda-mudi India dan didukung oleh banyak artis serta selebgram yang mengkampanyekannya,” jelas Fenny.
Untuk menindaklanjuti kampanye negatif tersebut, Fenny mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Malaysia Palm Oil Association.
Namun, ia menegaskan bahwa kampanye yang dilakukan oleh pemuda India hanya menyasar aspek kesehatan, bukan keberlanjutan industri sawit.
Baca Juga: Produktivitas Stagnan, Ekspor Produk Sawit Turun Jadi US$ 8,25 Juta di April 2024
“India juga mulai resah dengan ketergantungannya terhadap sawit. Mereka sudah mulai membuka perkebunan sendiri, namun tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka,” tandasnya.
Dengan situasi ini, Gapki diharapkan dapat menemukan strategi yang efektif untuk mengatasi kampanye negatif dan tetap menjaga citra positif produk kelapa sawit Indonesia di pasar internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News