kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda beli armada pakai skema sewa


Kamis, 18 Juni 2015 / 11:17 WIB
Garuda beli armada pakai skema sewa


Reporter: Narita Indrastiti, RR Putri Werdiningsih | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Tanda tanya pembelian sebanyak 90 pesawat baru oleh PT Garuda Indonesia Tbk mulai terkuak. Dari nilai transaksi pembelian pesawat di Paris Air Show dengan total nilai US$ 20 miliar atau setara Rp 267 triliun, ternyata 80% di antaranya memakai skema operating lease.

Penjelasan ini disampaikan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk, saat dihubungi KONTAN Rabu (17/6). Sedangkan 20% sisanya, memakai skema pendanaan financial lease.

Penggunaan skema operating lease ini jamak ditemui di industri penerbangan. Dengan skema ini, Garuda membeli pesawat dari pabrikan pesawat terbang. Lantas Garuda menjual kembali pesawat tersebut ke lessor dan langsung menyewakannya lagi kepada Garuda. Alhasil, pesawat terbang tersebut milik dari lessor. "Operating lease sedang jadi tren di industri penerbangan dan tidak menambah beban," jelasnya.

Sedangkan dengan pola sewa pembiayaan (financial lease), nantinya pesawat bakal menjadi milik Garuda Indonesia.

Namun, Askhara tidak memerinci lessor yang menjadi mitra Garuda. Ia juga tidak menjelaskan skema pembayaran cicilan sewa yang bakal dibayarkan Garuda kepada pihak lessor.

Yang jelas, pembayaran cicilan ini tidak tercatat dalam laporan keuangan. Pengaruh operating lease hanya muncul pada laporan laba rugi pencatatan biaya sewa.

Arif Wibowo, Presiden Direktur Garuda Indonesia menambahkan,  pembelian pesawat berbadan lebar ini merupakan bagian dari program revitalisasi serta pengembangan armada.

Tambahan armada ini bakal memperlancar operasional Garuda Indonesia di rute jakarta menengah dan jarak jauh. Selain itu, adanya tambahan armada yang nanti bakal punya rata-rata usia lima tahun ini bisa menambah kenyamanan dan kualitas layanan Garuda.

Awal pekan ini Garuda membuat kesepakatan bisnis dengan dua pabrikan pesawat udara, yakni Boeing dan Airbus. Garuda memesan, sekitar 30 pesawat B-737 Max 8 bernilai US$ 3,2 miliar yang bakal tiba pada 2017. Adapun 30 pesawat tipe B 787-900 Dreamliners senilai US$ 7,7 miliar datang 2020.

Garuda juga memesan 30 unit Airbus tipe A350 XWB dengan total nilai pemesanan US$ 9 miliar. Hanya saja hingga kini belum diputuskan kapan bakal tiba di Tanah Air.

Di mata Analis BNI Securities, Thennesia Debora ekspansi Garuda Indonesia tergolong agresif meskipun maskapai ini baru membukukan laba kuartal I-2015. Ia menilai, dengan skema sale and lease back dirasa tidak akan menambah beban utang. "Namun beban operasional tetap meningkat karena ada beban sewa," katanya.

Meski begitu ia melihat ekspansi Garuda ini bisa memacu kinerja perusahaan ini dalam jangka panjang. Penambahan armada menjadi salah satu jalan keluar untuk mengejar pendapatan tinggi.

Tahun ini, Thennesia menyarankan Garuda berhemat. Bila ini terlaksana ia memprediksi maskapai ini bisa mencetak laba US$ 75 juta sampai akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×