Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Garuda Yamato Steel (GYS) memperkuat ekspansi bisnisnya di industri baja nasional melalui proyek peningkatan fasilitas produksi (revamp BP1).
Dengan proyek ini, Presiden Direktur GYS, Tony Taniwan mengatakan, perusahaan menargetkan peningkatan produksi baja struktural dari 400.000 ton per tahun menjadi 540.000 ton per tahun.
“Tapi kami juga memiliki satu pabrik yang relatif baru, yang mulai berproduksi dua tahun lalu. Total kapasitas kami tahun 2027 sudah bisa 1 juta ton,” ucap Tony dalam sesi konferensi pers, Selasa (9/12/2025).
Adapun, lanjut Tony, proses kick-off dan penyusunan perencanaan proyek ini akan dimulai pada bulan Januari tahun 2026, sementara fase instalasi dan commissioning ditargetkan rampung pada 2027 sehingga produksi komersial diharapkan mulai berjalan pada November 2027.
Baca Juga: Industri Baja Tertekan Impor Murah, ISSC Desak Pemerintah Cabut Bea Masuk Nol Persen
“Saat ini, tim proyek bersama mitra teknologi kami dari SMS Group akan memastikan setiap tahap berjalan sesuai rencana, tepat waktu, dan tentunya dengan standar keselamatan tertinggi,” ucap Tony.
Lebih lanjut, Tony menyampaikan bahwa peningkatan kapasitas ini dilakukan seiring naiknya kebutuhan baja struktural untuk proyek infrastruktur dan konstruksi di Indonesia.
Perusahaan menyiapkan ekspansi varian produk seperti H-Beam, IWF, Angle, Channel, dan Sheet Pile dengan ukuran lebih besar untuk memenuhi kebutuhan konstruksi skala menengah hingga besar, termasuk proyek jembatan, data center, pabrik dan gudang, minyak dan gas, pembangkit listrik, serta transmisi telekomunikasi.
Baca Juga: Harga Baja dan Aluminium Tertekan Tarif 50% AS dan Surplus Produksi China
Selain fokus pada peningkatan kapasitas, GYS juga menargetkan pengurangan emisi karbon melalui optimalisasi penggunaan energi.
Perusahaan memproyeksi, konsumsi gas dapat menurun hingga 38% dan listrik 37% seiring penggunaan teknologi baru yang lebih efisien.
Tony menambahkan, GYS telah mengadopsi sekitar 90% konten lokal dalam setiap lini produksinya. “Kami membeli besi tua, misalnya dari kapal bekas atau gudang yang sudah tutup, untuk dilebur di sini. Dan kami menggunakan listrik dari PLN, dan gasnya juga dari PGN. Dan kebanyakan, 95% tenaga kerja orang Indonesia,” terang Tony.
Dengan kapasitas dan kemampuan produk baru ini, GYS optimis dapat melayani permintaan baja yang lebih besar dan kompleks lagi ke depannya.
“Sehingga secara alami akan memperkuat kontribusi dan dominasi kami di pasar dalam negeri,” pungkas Tony.
Baca Juga: Kemenperin Menargetkan Indonesia Masuk 10 Besar Produsen Crude Steel di Dunia
Selanjutnya: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.676 Per Dolar AS Hari Ini (9/12)
Menarik Dibaca: Promo Guardian 9-10 Desember 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Aveeno-Listerine
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News











