Sumber: Antara | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) mengungkapkan program Gerakan Nasional (Gernas) kakao yang dicanangkan Kementerian Pertanian sejak 2009 tidak mampu meningkatkan produksi komoditas perkebunan tersebut sebagaimana tujuan semula.
Ketua Askindo Zulhefi Sikumbang mengatakan hal itu disebabkan selama ini program yang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi dan mutu kakao petani tersebut dalam pelaksanaannya tidak melibatkan penyuluh ataupun pendamping bagi petani.
"Program Gernas hanya sekadar bagi-bagi pupuk dan benih, kemudian 'replanting' (peremajaan) setelah itu selesai. Padahal, yang dibutuhkan petani adalah pendampingan," ujarnya, Selasa (22/12).
Akibatnya, menurut dia, petani kakao tidak melakukan budidaya dengan benar, tanpa perawatan terhadap tanamannya karena tidak memperoleh penyuluhan yang benar.
Kondisi tersebut, tambahnya, akhirnya justru menurunkan produktivitas tanaman kakao yang dampaknya juga terhadap produksi komoditas tersebut.
Zulhefi mengungkapkan, selama lima tahun terakhir produksi kakao dalam negeri terus merosot dari 557.596 ton menjadi 453.729 ton pada 2012 dan 368.925 ton pada 2014 sedangkan untuk 2015 diperkirakan kembali merosot menjadi 320 ribu ton.
Menurut dia, pihaknya mendukung Gernas Kakao yang diprogramkan pemerintah serta mendukung untuk dilanjutkan pada tahun depan, namun demikian harus dengan metode yang benar.
Gernas pada tahun pertama, lanjutnya, seharusnya untuk memetakan kebutuhan serta kemampuan daerah tersebut, kemudian pada tahun kedua baru dilakukan distribusi sarana produksi seperti pupuk dan benih.
Kemudian, perlu direkrut tenaga pendamping yang akan memberikan laporan kepada kementerian mengenai jumlah petani, kebutuhan benih maupun pupuk.
"Setiap daerah kebutuhannya terhadap pupuk dan benih kakao berbeda-beda," tuturnya.
Pihaknya khawatir jika pelaksanaan Gernas Kakao masih seperti saat ini maka produksi kakao tiga tahun ke depan akan semakin merosot hingga mencapai 250 ribu ton.
"Itu pun hanya di daerah-daerah yang benar-benar cocok untuk memproduksi kakao," katanya.
Menyinggung kerugian akibat Gernas Kakao yang tak berhasil meningkatkan produksi, Zulhefi tidak menyebut angka pasti hanya saja anggaran yang digelontorkan pemerintah lebih dari Rp1 triliun cukup besar.
Pada kesempatan tersebut tersebut Ketua Askindo juga mengungkapkan tingginya jumlah petani kakao yang beralih ke tanaman lain seperti sawit, karet, jagung ataupun cengkih.
Hal itu, tambahnya, disebabkan karena menanam kakao dianggap tidak lagi menguntungkan dibandingkan komoditas perkebunan tersebut, sehingga petani beralih ke tanaman lain.
"Jumlah petani kakao dalam tiga tahun menurun sebanyak 300 ribu orang dari 1,5 juta petani menjadi 1,2 juta petani," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News