kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Green Job Bakal Booming di Indonesia, Ini Alasannya


Selasa, 04 Januari 2022 / 21:25 WIB
Green Job Bakal Booming di Indonesia, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Pencari kerja menyiapkan berkas lamaran pada acara 'Jakarta Job Fair'


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

4.     Terciptanya jenis pekerjaan baru

Coaction Indonesia mencoba menghitung kebutuhan tenaga kerja langsung di energi terbarukan berdasarkan kapasitas terpasang dalam target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional). Koiromah menguraikan, pada 2030 akan dibutuhkan lebih dari 430.000 tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses pembangunan pembangkit untuk menghasilkan energi listrik dengan energi terbarukan.

Kebutuhan itu diantaranya tenaga kerja untuk feasibility study, mendesain pembangkit, teknisi, petugas operation & maintenance, dan pekerja yang membangun. Dari pembangunan itu, tumbuh juga pekerjaan yang tidak langsung maupun yang terinduksi, seperti sales engineer, analis, legal dan konsultan.

Baca Juga: Survei Koaksi: Milenial rela bayar listrik EBT lebih mahal

“Di sektor energi, green job akan semakin booming. Jumlah tenaga kerja yang berkaitan dengan fosil akan menurun. Sebab, banyak perusahaan akan beralih ke energi terbarukan. Maka, pada 2050 nanti, diperkirakan akan ada lebih dari 1 juta green job yang tercipta dari sektor energi. Dan, itu merupakan pekerjaan langsung. Belum lagi pekerjaan tidak langsung dan pekerjaan terinduksi yang tergenerate,” kata Koiromah.

Ia menjelaskan, nantinya akan ada pekerjaan yang benar-benar hilang, karena industrinya akan lenyap. Sebaliknya, akan muncul sederet pekerjaan baru yang tercipta ketika kita memasuki ekonomi hijau.

5. Semua generasi bergerak

Sejumlah riset mengungkap bahwa generasi milenial punya ketertarikan khusus terhadap lingkungan hidup sehingga mereka menerapkan gaya hidup yang ramah lingkungan.

Namun, Koiromah melihat, yang terlibat dalam green job tidak hanya generasi milenial. Jajaran direktur perusahaan pembangkit listrik, misalnya, bisa jadi punya ketertarikan terhadap lingkungan atau ketertarikan itu didorong oleh regulasi. Secara usia, generasi mereka berada di atas generasi milenial.

Menurut Koiromah, banyak peluang untuk masuk ke green job tanpa melihat generasinya dan yang perlu dilakukan kemudian adalah menambah kapasitas diri.

Ketika berpindah ke energi terbarukan, para direktur ini punya pemikiran dan skill yang dibutuhkan karena sebenarnya hard skill untuk pekerjaan konvensional maupun green job akan sama saja. "Mereka hanya perlu menambah atau mengasah skill, serta upgrade pengetahuan," pungkasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×