Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Sementara itu, menurut Peneliti Indef, Abra P. G. Talattov, penyesuaian harga BBM antar lembaga penyalur yang terjadi selama sebulan terakhir ini cukup positif bagi konsumen. Sebab, hal ini memberi pilihan yang luas bagi masyarakat sebagai akibat perbedaan harga antar perusahaan penyalur BBM.
"Penurunan harga BBM jenis tertentu juga akan memberi dampak positif thd makro ekonomi, terutama dr sisi inflasi," ungkapnya.
Abra menilai, penyesuaian harga BBM ini memang tidak terlepas dari Kepmen ESDM Nomor 187 K/10/MEM/2019. Dalam regulasi tersebut, harga BBM diatur dengan margin batas bawah dan batas atas.
Dalam perhitungannya, Abra mencontohkan, BBM jenis RON 92 (Pertamax) dalam konstanta batas atas yang semula Rp 2.542 per liter kini menjadi hanya Rp 1.000 per liter. Artinya, aturan tersebut memiliki implikasi langsung terhadap penetapan harga BBM pada masing-masing penyalur BBM.
Baca Juga: Harga BBM Pertamina turun lagi, simak rinciannya
Dengan formula ini, lanjut Abra, adanya perbedaan harga jual antar penyalur BBM juga dipengaruhi oleh strategi dan tingkat efisiensi masing-masing penyalur BBM yang terefleksikan dengan Mean of Plattss Singapore (MOPS).
MOPS sendiri merupakan bagian biaya perolehan atas penyediaan BBM jenis bensin dan minyak solar dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor sampai dengan terminal BBM, yang mencerminkan harga produk, dengan ketentuan tertentu.
Dengan begitu, menurut analisa Abra, Pertamina bisa menjual Pertamax dan Pertamax Turbo dengan harga yang lebih murah, lantaran tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam memperoleh BBM jenis tersebut. "Di sisi lain, semakin tipisnya perbedaan harga antara Pertalite dengan Pertamax juga memberikan pilihan yang baik bagi konsumen untuk mulai beralih pada BBM dengan kualitas yang lebih baik," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News