Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi belakangan ini sering berubah dalam waktu singkat. Dalam kurun waktu sebulan pertama di tahun ini, terhitung sudah ada dua hingga tiga kali penyesuaian harga.
Hal itu setidaknya dilakukan oleh tiga penyalur BBM, yakni Pertamina, Shell dan Total. Shell misalnya, menjadi yang pertama melakukan penyesuaian harga sejak berlakunya Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM 187K/10/MEM/2019, per 1 Januari 2020.
Baca Juga: Harga diturunkan, Pertamina ingin lebih banyak konsumen beralih ke Pertamax series
Beleid itu mengatur tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis BBM Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang disalurkan melalui SPBU atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.
Shell, menjadi yang pertama melakukan penurunan harga sejak 1 Januari 2020. Namun, pada 24 Januari, harga BBM Shell kembali menanjak. Sementara itu, Total sudah tiga kali menyesuaikan harga. Yakni melakukan penurunan harga pada 3 Januari 2020, kembali menaikkan harga pada 22 Januari, lalu menurunkannya lagi pada 28 Januari 2020.
Lain hal nya dengan Pertamina, perusahaan plat merah ini sudah dua kali melakukan penurunan harga. Yakni pada 5 Januari 2020 untuk BBM jenis Pertamax Series dan Dex Series, dan per 1 Februari untuk produk Pertamax Series.
Terkait hal ini, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro melihat bahwa kondisi tersebut masih dalam batas wajar. Menurutnya, perbedaan kebijakan antara pelaku usaha yang satu dengan yang lainnya dimungkinkan terjadi dengan pertimbangan strategi pasar.
Baca Juga: Harga BBM Pertamina telah turun dua kali di awal 2020, kenapa pertalite tidak?
Apalagi, bisnis BBM juga terkait dengan harga minyak mentah dunia. Nah, dalam sebulan terakhir, harga minyak mentah dunia juga berfluktuasi. Pernah melonjak saat terjadi eskalasi konflik antara Amerika Serikat dan Iran, namun terjadi pelemahan pada pekan-pekan terakhir yang terpengaruh oleh penyebaran virus Corona.
Sehingga, Komaidi menilai kebijakan penyesuaian harga yang berbeda bisa juga terjadi lantaran jadwal pengadaan minyak mentah yang berbeda di setiap perusahaan.
"Jadwal pengadaan minyak mentah tidak sama sehingga harga pengadaan bisa dimungkinkan berbeda. Poinnya sepanjang secara bisnis tidak merugikan berbagai strategi pemasaran untuk menggaet konsumen dapat dilakukan," terang Komaidi kepada Kontan.co.id, Minggu (2/2).
Yang jelas, kata Komaidi, penurunan harga BBM akan berdampak positif secara makro ekonomi. Menurutnya, penurunan harga BBM berpotensi menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi nasional. "Hanya saja masyarakat sudah biasa (terhadap perubahan harga BBM non-subsidi) dan akhirnya tidak terlalu berdampak terhadap makro ekonomi," sebut Komaidi.
Baca Juga: Harga BBM Pertamina turun, ini harga Pertamax dan Pertamax Turbo terbaru
Sementara itu, menurut Peneliti Indef, Abra P. G. Talattov, penyesuaian harga BBM antar lembaga penyalur yang terjadi selama sebulan terakhir ini cukup positif bagi konsumen. Sebab, hal ini memberi pilihan yang luas bagi masyarakat sebagai akibat perbedaan harga antar perusahaan penyalur BBM.
"Penurunan harga BBM jenis tertentu juga akan memberi dampak positif thd makro ekonomi, terutama dr sisi inflasi," ungkapnya.
Abra menilai, penyesuaian harga BBM ini memang tidak terlepas dari Kepmen ESDM Nomor 187 K/10/MEM/2019. Dalam regulasi tersebut, harga BBM diatur dengan margin batas bawah dan batas atas.
Dalam perhitungannya, Abra mencontohkan, BBM jenis RON 92 (Pertamax) dalam konstanta batas atas yang semula Rp 2.542 per liter kini menjadi hanya Rp 1.000 per liter. Artinya, aturan tersebut memiliki implikasi langsung terhadap penetapan harga BBM pada masing-masing penyalur BBM.
Baca Juga: Harga BBM Pertamina turun lagi, simak rinciannya
Dengan formula ini, lanjut Abra, adanya perbedaan harga jual antar penyalur BBM juga dipengaruhi oleh strategi dan tingkat efisiensi masing-masing penyalur BBM yang terefleksikan dengan Mean of Plattss Singapore (MOPS).
MOPS sendiri merupakan bagian biaya perolehan atas penyediaan BBM jenis bensin dan minyak solar dari produksi kilang dalam negeri dan/atau impor sampai dengan terminal BBM, yang mencerminkan harga produk, dengan ketentuan tertentu.
Dengan begitu, menurut analisa Abra, Pertamina bisa menjual Pertamax dan Pertamax Turbo dengan harga yang lebih murah, lantaran tingkat efisiensi yang lebih tinggi dalam memperoleh BBM jenis tersebut. "Di sisi lain, semakin tipisnya perbedaan harga antara Pertalite dengan Pertamax juga memberikan pilihan yang baik bagi konsumen untuk mulai beralih pada BBM dengan kualitas yang lebih baik," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News