kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -21.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.625   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Harga Jual Singkong Ajlok, Pengamat Sebut Perlu Hilirisasi Supaya Pasokan Terserap


Selasa, 13 Mei 2025 / 17:42 WIB
Harga Jual Singkong Ajlok, Pengamat Sebut Perlu Hilirisasi Supaya Pasokan Terserap
ILUSTRASI. Singkong


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga jual singkong dari petani di Lampung kembali menjadi polemik. Tahun ini, saat biaya tanam dan pupuk semakin tinggi, harga singkong di tingkat petani berkisar Rp 900-Rp 1.100 dengan rafaksi 30-40%.

Padahal, pada akhir Januari 2025, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan harga singkong menjadi Rp1.350 per kilogram setelah sebelumnya harga singkong tersebut turun ke angka Rp1.000 per kilogram.

Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian, mengatakan bahwa anjloknya harga singkong ini disebabkan karena oversupply yang terjadi setelah panen raya. 

Oleh sebab itu, untuk mematikan pasokan singkong terserap dengan baik, maka singkong hasil panen perlu diolah untuk menghasilkan nilai tambah.

Baca Juga: Pemerintah Bakal Batasi Impor Singkong dan Tapioka

"Sebetulnya harga singkong ataupun harga komoditas pertanian anjlok ketika panen raya karena oversupply. Semestinya agar harga stabil, ini diolah sehingga menghasilkan nilai tambah. Misalnya dibuat jadi tepung singkong untuk menjadi bahan baku penolong industri mamin," beber Eliza kepada Kontan.co.id, Selasa (13/05).

Indonesia merupakan importir ketiga tepung tapioka di dunia. Tahun 2024 Indonesia mengimpor 300 ribu ton tepung tapioka yang setara US$ 162 juta dari Thailand dan Vietnam.

Padahal, tambah Eliza, seharusnya Indonesia bisa memproduksi tepung tapioka sendiri sebab Indonesia adalah salah satu produsen singkong terbesar di dunia.

Baca Juga: Revisi Permendag 8 Beres Februari Ini, Impor Pakaian & Singkong Diperketat

"Industri kita ini memang kerap keropos di tengah, industri yang memproduksi barang setengah jadi atau bahan baku penolong industri tidak dibangun dengan baik. Sehingga tidak heran jika hampir 70% itu kita mengimpor bahan baku penolong atau bahan stengah jadi untuk diolah lagi," jelasnya.

Mestinya, pemerintah mulai fokus ke hilirisasi produk pertanian yang potensinya besar. Singkong produksi petani Indonesia sebenarnya berkualitas, hanya saja perlu diolah sesuai dengan spesifikasi permintaan industri mamin supaya pasokan bisa terserap.

"Harga akan stabil jika ada hilirisasinya. Hilirisasi pertanian ini amat sangat penting. Ini tinggal bagaimana pemerintah mendorong industri skala kecil menengah ini di-linkage dengan industri skala besar untuk memberikan spesifikasi produk yang dibutuhkan seperti apa, sehingga apa yang diproduksi akan terserap," pungkasnya.

Baca Juga: Respon Usulan Petani, Kemendag Siap Bahas Lartas Impor Singkong dan Tapikoa

Selanjutnya: Dorong Penjualan Lewat Ekspansi, Simak Rekomendasi Analis untuk Saham ACES

Menarik Dibaca: Kambing vs Sapi, Lebih Berlemak Mana? Ini Resep Gule Kambing Tanpa Santan yang Sehat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag

TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×