Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Menurunnya harga minyak mentah dunia sejak pertengahan 2014 hingga saat ini membuat investasi di industri minyak dan gas bumi (migas) terus menciut. Tak hanya di tahun 2015 tapi juga tahun depan.
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Craig Stewart menyebut, enam bulan lalu IPA membuat proyeksi, harga minyak bisa kembali naik hingga level US$ 80 per barel pada akhir tahun 2015. Namun nyatanya saat ini harga minyak justru terus turun di kisaran US$ 40 barel.
Proyeksi IPA, penurunan harga minyak masih akan berlangsung hingga tahun depan."Kami berpandangan harga minyak tidak mungkin menguat dalam jangka pendek. Bahkan, kami memprediksi pelemahan harga minyak ini akan berlangsung lama," jelas Craig Rabu (2/12) di Jakarta.
Dengan harga minyak yang yang bertahan di bawah, Craig bilang, tahun depan perusahaan produsen migas tak akan banyak ekspansi. Mereka harus kompetitif agar bisa bersaing. Salah satu caranya dengan merestrukturisasi perusahaan, mengurangi modal, dan menunda melakukan eksplorasi di Indonesia.
Maklum, dengan harga minyak yang rendah ditambah dengan kontrak production sharing contract yang berlaku saat ini, sulit bagi kontraktor untuk melakukan eksplorasi migas di wilayah Indonesia. Maka itu, saat ini produsen migas kesulitan dalam melakukan pengembangan suatu proyek migas.
"Dulu eksplorasi masih bisa dilakukan karena harga minyak US$ 100 per barel. Dengan harga minyak saat ini, kami harus melihat kembali kontrak," ujar Craig.
Agar investasi sektor migas kembali bergairah, saran Craig, Pemerintah Indonesia perlu memberikan insentif lebih besar kepada kontraktor. Misalnya dengan memberikan bagi hasil lebih besar kepada kontraktor.
Direktur IPA, Sammy Hamzah menambahkan, penurunan harga minyak tak hanya menyurutkan investasi tahun ini, tapi juga tahun depan. Apalagi saat ini untuk menemukan cadangan migas harus memerlukan teknologi yang lebih kompleks dengan biaya yang lebih mahal.
Berbeda dengan tahun 1960-an atau 1970-an penemuan cadangan minyak masih murah. Makanya, segendang sepenarian dengan Craig Sammy menyarankan pemerintah membuat kebijakan yang mampu menggairahkan minat investor menanamkan duit di bisnis hulu migas.
Craig menyebut ke depan IPA akan terus mendorong pemerintah melakukan reformasi kebijakan di sektor migas agar menggairahkan eksplorasi dan investasi.
Reformasi yang ia sarankan dengan menghilangkan birokrasi yang sulit, menghapus peraturan yang tidak jelas, mempermudah komersialisasi gas, mencegah kriminalisasi, mempermudah akuisisi lahan eksplorasi dan eksploitasi.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi sebelumnya juga menyebut, adanya perlambatan produksi minyak dalam negeri akibat rendahnya minat investasi.
Akibatnya, realisasi lifting minyak dari Desember 2014 hingga 27 November 2015 baru mencapai 777.700 barel per hari (bph). Performa ini baru 94,3% dari target lifting minyak di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)-Perubahan 2015 yakni 825.000 bph.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News