Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - BANJARMASIN. Bisnis Hasnur Group terus berkembang di usianya yang sudah menginjak 52 tahun. Perusahaan yang berpusat di Kalimantan Selatan tersebut optimis bisa mencatatakan pertumbuhan pendapatan tahun ini.
Hasnur Group saat ini menggarap lima sektor bisnis yakni pertambangan dan Infrastruktur, kehutanan, agribisnis, media, dan jasa. Dari kelima bisnis tersebut, group ini menargerkan pendapatan Rp 2,5 triliun tahun ini atau meningkat 25% dari Rp 2 triliun tahun lalu. Sementara laba bersihnya diharapkan bisa mencapai Rp 400 miliar tahun ini atau naik 14,2% dari tahun lalu.
Dari kelima lini bisnis Hasnur Group, bisnis tambang dan infrakstruktur menyumbang pendapatan paling besar lewat PT Hasnur Jaya International (HJI). Jika tahun lalu, HJI meyumbang pendapatan 80% terhadap group maka tahun ini diharapkan bisa berkontribusi 85%.
"Tahun ini harga batubara lagi bagus sehingga kontribusi mining dan infrastruktur tahun ini akan naik, bisa 85%. Sedangkan kontribusi perkebunan bisa turun karena harga CPO lagi gak bagus, " kata Syamsul Bachri Djadi, juru bicara Hasnur Group dan sekaligus sebagai Direktur Keuangan HJI di Banjarmasin, Senin (27/8).
Saat ini HJI memiliki lima konsesi tambang batubara. Dua diantaranya berada di Kalimantan Selatan yaitu PT Bhumi Rantau Energi dan PT Energi Batubara Lestari dengan luas 4.000 ha dan tiga konsesi di Kalimantan Tengah dengan luas 3.000 ha.
Syamsul mengatakan, konsesi yang sudah berproduksi saat ini hanya di Kalimantan Selatan. Sedangkan di Kalimantan Tengah masih dalam proses eksplorasi. Adapun kapasitas produksi HJI tahun lalu mencapai 8 juta metric ton (MT) dan tahun ini ditargetkan akan mencapai 11,5 juta MT. "Kalau ada pendanaan, kami masih tertarik untuk menambah konsesi baru, " ujarnya.
Menurut Syamsul, jenis batubara yang diproduksi HJI memiliki posisi di pasar eco friendly karena kandungan sulfurnya rendah. Sehingga produksi batubara perusahaan ini masih memenuhi syarat masuk ke Korea.
Sementara di sisi infrastruktur, HJI memiliki pelabuhan sendiri dan kapal pengangkutan batubara. Pelabuhan itu tidak hanya digunakan oleh Hasnus Group tetapi juga disewakan ke perusahaan lain di Kalimantan Selatan.
Di sektor Kehutanan, lewat PT Barito Putera dan PT Hasnur Jaya Utama, Hasnur Group mengelola bidang kehutanan dari izin yang dimiliki untuk Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Alam seluas 80.725 Ha, dan juga telah mengikuti SVLK (Standard Verifikasi Legalitas Kayu), sehingga memiliki Sertifikat Legalitas Kayu.
Lewat kedua perusahaan tersebut, Hasnur Group masih menjual kayu gelondongan. Namun, perusahaan memiliki rencana tahun membangun pabrik pengolahan kayu tahun ini dengan kapasitas 60.000 m3 per tahun. Kontruksi pabrik itu diperkiraka akan memakan waktu dua tahun.
Adapun di sektor Perkebunan, salah satunya dikelola PT Hasnur Citra Terpadu yang sejak Februari 2013 sudah meresmikan pabrik Crude Palm Oil atau CPO pertama di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. "Pabrik ini berkapasitas 45 ton tandan buah segar per jam, dan dapat ditingkatkan menjadi 90 ton per jam" ujar Syamsul.
Saat ini lahan yang dikelola mencapai 18.798 Ha tanaman dan pada tahun 2016 telah menerima Sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan menjadi perkebunan kelapa sawit pertama bersertifikat ISPO di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Sementara pada sektor Jasa, Hasnur Group memiliki bisnis antara lain, bisnis transportasi, penyewaan kendaraan, dan penyewaan Alat Berat melalui PT Magma Sigma Utama.
Selain itu, di sektor ini juga Hasnur juga memiliki usaha bidang layanan teknologi dan informasi, dan Jasa Konstruksi. Bisnis ini, kata syamsul, saat ini untuk mendukung bisnis inti yang dijalankan oleh Hasnur Group.
Di bisnis Media, PT Hasnur Media Citra dan anak perusahaannya tercatat sebagai pemilik Radio Gol FM, Duta TV, dan juga tim sepak bola PS Barito Putera, yang tahun ini mulai menduduki peringkat atas Liga 1 Indonesia.
Dari kelima lini bisbis itu, Syamsul bilang, pihaknya akan fokus melakukan pengembangan di bisnis tambang dan infrastruktur, perkebunan, serta kehutanan. Sedangkan bisnis media dan jasa hanya untuk menunjang bisnis group saja.
Selama ini, pendanaan Hasnus Group dalam melakukan pengembangan bisnis hanya mengandalkan kas internal dan pinjaman bank dengan porsi masing-masing 40% dan 60%.
Untuk pendanaan pengembangan bisnis tambang ke depan, Hasnur Group tengah menjajaki alternatif pendanaan antara kerjasama strategis, pinjaman bank, dan Intial Publik Offering (IPO). "Ketiganya masih kami kaji mana yang lebih pas. Belum kami putuskan," kata Syamsul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News