kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HBA dibuka melemah di 2020, harga batubara diprediksi masih sulit rebound


Selasa, 07 Januari 2020 / 18:27 WIB
HBA dibuka melemah di 2020, harga batubara diprediksi masih sulit rebound
ILUSTRASI. FILE PHOTO: An excavator operates at the coal terminal in Montoir-de-Bretagne near Saint-Nazaire, France July 12, 2019. REUTERS/Stephane Mahe/File Photo


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

Ketiga, sambung Singgih, permintaan batubara di tahun 2020 diprediksi hanya akan tumbuh tipis dibandingkan volume 2019. Sebaliknya, pertumbuhan produksi batubara Indonesia akan lebih tinggi dibanding pertumbuhan permintaannya.

"Potensi pertumbuhan demand untuk pasar batubara Indonesia tidak sebesar pertumbuhan produksi batubara Indonesia," sebut Singgih.

Alhasil, kondisi oversupply bisa terus berlanjut. Melihat kondisi tersebut, Singgih memprediksi rerata harga batubara untuk tahun 2020 tidak akan jauh berbeda dari tahun lalu, yakni berkisar di angka US$ 70 hingga US$ 80 per ton.

Baca Juga: Percepat pembangunan PLTU, Toba Bara (TOBA) siapkan capex US$ 160 juta

"Berat untuk dapat terangkat sampai ke US$ 80. Fluktuasi indeks dengan besaran 1%-2% normal akan terjadi," terangnya.

Tak jauh beda, Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif juga memprediksi harga batubara masih akan sulit bergerak naik di tahun ini. Bahkan, Irwandy memprediksi harga bisa berada di kisaran US$ 60 - US$ 80 per ton.

Ketidakseimbangan antara pertumbuhan produksi dan juga permintaan menjadi penyebabnya. "Prediksi harga di 2020 belum akan berbeda dengan 2019. Faktor besarnya supply dan demand," ungkap Irwandy.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia juga mengamini bahwa kondisi pasar yang oversupply membuat harga batubara masih tertekan. Menurut Hendra, oversupply datang dari Indonesia dan Australia.

Baca Juga: Tahun ini, Bumi Resources (BUMI) alokasikan capex US$ 50 juta - US$ 60 juta

Namun, Hendra optimistis, pergerakan harga dan pertumbuhan permintaan di bulan-bulan berikutnya akan membaik. "Sementara demand masih lemah. Kemungkinan kondisi ke depan akan lebih baik," kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/1).




TERBARU

[X]
×