Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penetapan harga indeks pasar (HIP) biodiesel yang berpatokan pada harga minyak solar dinilai telah menyebabkan produsen merugi. Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), mencatat sepanjang tahun ini, produsen bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel merugi cukup besar.
Ketua Aprobi, Paulus Tjakrawan mengatakan, tiap produsen biodiesel merugi antara US$ 50-US$ 70 per ton. “Kita tetap suplai, tapi ruginya besar. Kalau seperti ini terus, akan terhambat dan kemungkinan akan stop," katanya kepada KONTAN, Senin (8/12).
Saat ini, Aprobi tengah mengusulkan pada pemerintah untuk memperbaiki harga BBN jenis biodiesel. Paulus menilai, untuk harga biodiesel jangan merujuk pada harga minyak, karena merupakan dua komoditas yang berbeda.
"Kalau disamakan dengan itu, kita sedang mengusahakan, meminta agar rumusan harga sesuai harga produksi," kata dia.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2185/12/MEM/2014 menetapkan harga indeks pasar untuk bahan bakar nabati (BBN) jenis biosolar sebesar 103,48 Mean of Platts Singapore (MOPS) solar. Harga indeks pasar biodiesel berlaku sejak 1 April 2014. Harga indeks pasar biodiesel sama seperti harga minyak Indonesia Indonesian Crude Price (ICP) akan berubah setiap bulan.
Paulus menambahkan, penetapan harga BBN harus berdasarkan harga produksi. Jika bioetanol berdasarkan harga molase plus biaya produksi, maka biodiesel harus berdasarkan harga minyak sawit mentah crude palm oil (CPO) ditambah dengan biaya produksi.
"Harga itu harus sesuai harga produksi biodiesel, jangan disamakan dengan harga solar. Jangan melihat dari situ. Harga itu harus sama dengan harga produksi," kata dia.
Kementerian ESDM memproyeksikan penyerapan BBN jenis biodiesel yang dicampurkan ke Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar bersubsidi hingga akhir 2014 mencapai 1,3 juta Kilo Liter (KL).
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, dengan jumlah proyeksi pencampuran biodiesel dalam solar bersubsidi, devisa negara yang bisa dihemat bisa mencapai US$ 1,3 miliar.
"Kami memproyeksikan penghematan devisa sebesar US$ 1,3 miliar dari penyerapan biodiesel PSO 1,3 juta kl. BBN akan terus menjadi salah satu program prioritas di Kementerian ESDM," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News