kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.405.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.370
  • IDX 7.722   40,80   0,53%
  • KOMPAS100 1.176   5,28   0,45%
  • LQ45 950   6,41   0,68%
  • ISSI 225   0,01   0,00%
  • IDX30 481   2,75   0,57%
  • IDXHIDIV20 584   2,72   0,47%
  • IDX80 133   0,62   0,47%
  • IDXV30 138   -1,18   -0,84%
  • IDXQ30 161   0,48   0,30%

IEI: Kinerja Properti Global Lesu di 2023, Tak Pengaruhi Sektor Dalam Negeri


Selasa, 30 Januari 2024 / 23:19 WIB
IEI: Kinerja Properti Global Lesu di 2023, Tak Pengaruhi Sektor Dalam Negeri
ILUSTRASI. Pembangunan perumahan baru di Depok, Jawa Barat, Senin (28/8/2023). Berdasarkan data Rumah.com Indonesia Property Market Report Q3 2023, indeks harga properti terus mengalami kenaikan yaitu sebesar 2,4% secara kuartalan dan 6% secara tahunan sehingga menjadi indikasi pasar properti masih kondusif. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Indonesia Economic Intelligence (IEI) merilis properti outlook 2024 yang juga menampilkan ringkasan kinerja sektor properti global pada tahun 2023 lalu yang mengalami penurunan. 

Meski sektor properti global kurang baik tahun kemarin, Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip melihat, hal ini relatif tidak berpengaruh terhadap kinerja sektor properti di Indonesia. Pasalnya pasar properti di Indonesia belum terkoneksi (not interconnected) dengan pasar properti global. 

Baca Juga: Diprediksi Cerah, 3 Faktor Ini Jadi Pendorong Kinerja Properti pada Tahun 2024

“Pasar properti kita relatif masih “tradisional” yang belum melibatkan instrumen keuangan yang global wide. Seperti misalnya, pasar properti di Indonesia belum memanfaatkan instrumen real estate investment trusts (REITs) yang dapat diperdagangkan di pasar global,” ungkap Sunarsip melalui keterangan tertulis yang diterima Kontan, Selasa (30/1).

Sunarsip juga menambahkan, ia melihat bahwa relasi korporasi properti di Indonesia dengan korporasi offshore juga masih terbatas, sehingga krisis keuangan korporasi properti di luar negeri sejauh ini tidak berdampak bagi korporasi properti di Indonesia.

Namun demikian, Sunarsip menjelaskan bahwa kinerja sektor properti kita selama 2023 belum terlalu kuat. Hal tersebut terlihat dari kinerja pertumbuhan sektor ekonomi yang terkait dengan sektor properti, seperti sektor Konstruksi dan Real Estate. 

Baca Juga: Begini Dampak Krisis Evergrande Terhadap Kinerja Emiten di Tanah Air

“Termasuk pula, bila dilihat dari PDB sisi pengeluaran dimana Konsumsi Rumah Tangga untuk Perumahan serta Investasi Bangunan masih mengalami pertumbuhan terbatas selama 2023. Kinerja sektor properti yang masih relatif terbatas tersebut juga tercermin dari pertumbuhan harga riil yang terbatas pada properti residensial maupun properti komersial,” tambahnya.  

Meskipun demikian, ia melihat bahwa di tengah keterbatasan kinerja properti selama 2023, beberapa kelompok segmen properti tertentu justru mengalami kinerja pertumbuhan yang mengesankan. Kinerja yang mengesankan tersebut antara lain tercermin dari penyaluran kredit properti di segmen terkait. 

Kredit untuk segmen properti yang mengalami pertumbuhan yang mengesankan tersebut antara lain terlihat pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Tapak, baik KPR Tapak tipe kecil (s.d. 21 M2), KPR Tapak tipe menengah (22 s.d. 70 M2), dan KPR Tapak tipe besar ( > 70 M2).

Bahkan, KPR Tapak tipe kecil mengalami pertumbuhan tertinggi, sebesar 48,47% (YoY) pada November 2023, setelah pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi . 

Baca Juga: Buntut Kasus Evergrande Diyakini Tidak Akan Merembet ke Indonesia

“Diperkirakan, pertumbuhan yang tinggi pada KPR Tapak tipe kecil tersebut antara lain ditopang oleh pertumbuhan dari KPR bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” ungkapnya.

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan KPR Tapak tipe menengah dan besar yang diikuti rendahnya tingkat kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) menurutnya menandakan bahwa permintaan terhadap rumah pada kedua tipe tersebut relatif tinggi yang ditopang oleh repayment capacity dari end-user yang membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×