kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.360.000   29.000   1,24%
  • USD/IDR 16.616   9,00   0,05%
  • IDX 8.067   -160,68   -1,95%
  • KOMPAS100 1.104   -18,58   -1,66%
  • LQ45 772   -16,13   -2,05%
  • ISSI 289   -5,28   -1,79%
  • IDX30 403   -8,81   -2,14%
  • IDXHIDIV20 455   -7,63   -1,65%
  • IDX80 122   -2,25   -1,82%
  • IDXV30 131   -1,45   -1,10%
  • IDXQ30 127   -1,92   -1,49%

Impor Susu Capai 80%, GKSI Usul Dua Langkah Perkuat Produksi Dalam Negeri


Selasa, 14 Oktober 2025 / 20:08 WIB
Impor Susu Capai 80%, GKSI Usul Dua Langkah Perkuat Produksi Dalam Negeri
ILUSTRASI. Proses pemerahan susu sapi di Jakarta, Kamis (14/11). Saat pasokan susu impor lebih banyak masuk ke pasar Indonesia, harga susu lokal seringkali turun. Hal ini membuat peternak lokal kesulitan untuk menjual susu mereka dengan harga yang wajar, bahkan dalam beberapa kasus susu mereka terbuang karena tidak ada pembeli. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/14/11/2024


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku susu masih sangat tinggi, meskipun produksi susu nasional menunjukkan tren perbaikan. 

Direktur Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Yusup Munawar, menyebut sekitar 80% kebutuhan susu nasional hingga kini masih dipenuhi dari impor, sementara produksi dalam negeri baru mampu menutup sekitar 20%.

“Secara umum, produksi susu nasional menunjukkan tren stabil dengan sedikit peningkatan hingga kuartal III-2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar Yusup kepada Kontan, Selasa (14/10/2025)

Menurutnya, peningkatan ini terutama berasal dari sapi perah impor yang mulai berproduksi, serta perbaikan manajemen pemeliharaan di tingkat peternak dan koperasi.

Kendati demikian, kenaikan tersebut belum cukup signifikan untuk menekan dominasi impor.

Baca Juga: Mendag Budi Santoso Lepas Ekspor Susu Frisian Flag ke Malaysia dan Filipina

GKSI mencatat, sebagian besar pasokan susu segar dalam negeri masih berasal dari koperasi anggota GKSI yang berperan sebagai penyokong utama rantai pasok nasional. 

Namun kapasitas produksi koperasi belum mampu memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu (IPS) secara menyeluruh.

“Kami melihat bahwa keterbatasan populasi sapi perah, skala usaha peternak yang kecil, dan minimnya investasi di sektor hulu menjadi penyebab utama masih tingginya ketergantungan pada impor,” jelas Yusup.

Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Yusup menilai perlu adanya sinergi lintas sektor guna memperkuat produksi susu nasional.

Baca Juga: Pasokan Susu di Indonesia Masih Didominasi Impor

“Ada dua pendekatan utama yang perlu dilakukan, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi,” kata Yusup.

Lebih lanjut, Yusup mengatakan, Intensifikasi dilakukan dengan meningkatkan produktivitas sapi perah melalui perbaikan pakan, manajemen reproduksi, kesehatan ternak, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia peternak dan koperasi.

Sedangkan ekstensifikasi melalui penambahan populasi sapi perah dengan impor indukan, pengembangan pembibitan lokal, dan penyediaan lahan hijauan pakan yang memadai.

Selain itu, kebijakan jangka menengah perlu difokuskan pada penguatan kelembagaan koperasi serta keberpihakan industri terhadap penggunaan susu segar dalam negeri (SSDN).

Baca Juga: GKSI: Program MBG Jadi Momentum Dongkrak Serapan Susu Lokal

Selanjutnya: Pendaftaran Sunrise Society Ke Tiga Sudah Dibuka, Bank Saqu Take Over GBK

Menarik Dibaca: Pendaftaran Sunrise Society Ke Tiga Sudah Dibuka, Bank Saqu Take Over GBK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×