Sumber: Kontan | Editor: Test Test
JAKARTA. Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia (DAI) Wien P. Gunawan optimistis, 80% dari permintaan minyak pala (nutmeg oil) di dunia yang mencapai 400 ton -500 ton per tahun bakal bisa dipenuhi oleh Indonesia pada tahun ini. Maklum, Indonesia merupakan negara penghasil pala terbesar di dunia.
Negara lain juga ada yang memproduksi minyak pala, seperti India dan Grenada. Tapi kualitasnya tak sebagus minyak pala buatan Indonesia. "Penyulingan pala dari Indonesia dikembangkan di Sumatera Barat dan Jawa Barat, khususnya Padang dan sepanjang Bogor hingga Sukabumi," tutur Wien, Kamis (11/2).
DAI mencatat, pusat pengembangan tanaman pala ada di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur, terutama di Provinsi Sulawesi Utara. Umumnya pala dipanen tua dan diekspor untuk rempah-rempah. Sementara pala di Indonesia Barat, terutama di Aceh dan Sumatera Barat dipanen muda untuk disuling lantaran lebih banyak mengandung minyak atsiri. "Pasar ekspor minyak pala ini adalah negara Uni Eropa dan Amerika Serikat," tukas Wien.
Beberapa tahun belakangan, harga minyak pala cenderung naik karena keterbatasan bahan baku dan adanya hama yang menyerang pohon pala, terutama di Sumatera. DAI mencatat, kenaikan harganya mencapai dua kali lipat.
Saat ini ada lima eksportir minyak pala di Indonesia, diantaranya Karimun Kencana Aromatics, PT Danau Intan, dan PT Indesso Aroma. "Indesso membikin nilai tambah pada produk seperti minyak pala, yaitu mengurangi kandungan yang tergolong karsinogenik karena kami memiliki teknologi tersebut," kata Arianto Mulyadi, Business Development Manager PT Indesso Aroma.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News