kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.580   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.125   73,58   0,91%
  • KOMPAS100 1.120   14,21   1,28%
  • LQ45 780   7,86   1,02%
  • ISSI 292   2,64   0,91%
  • IDX30 406   2,01   0,50%
  • IDXHIDIV20 454   0,57   0,13%
  • IDX80 123   1,36   1,12%
  • IDXV30 131   1,14   0,88%
  • IDXQ30 128   0,32   0,25%

Industri AC Siap Antisipasi Lonjakan Permintaan Akibat Cuaca Panas Ekstrem


Kamis, 16 Oktober 2025 / 20:00 WIB
Industri AC Siap Antisipasi Lonjakan Permintaan Akibat Cuaca Panas Ekstrem
ILUSTRASI. Sejumlah wilayah di Indonesia terpapar cuaca panas yang cukup ekstrem. Kondisi ini berpotensi mendongkrak permintaan alat pendingin ruangan. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/YU


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah wilayah di Indonesia terpapar cuaca panas yang cukup ekstrem. Kondisi ini berpotensi mendongkrak permintaan alat pendingin ruangan, termasuk produk Air Conditioner (AC).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat cuaca panas dengan suhu maksimum mencapai 37,6° celcius melanda sejumlah wilayah. BMKG memperkirakan kondisi ini akan berlanjut hingga akhir Oktober atau awal November 2025.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Daniel Suhardiman mengungkapkan permintaan AC sejauh ini masih cenderung stabil, belum ada indikasi peningkatan yang signifikan.

Jika nanti ada lonjakan permintaan untuk produk AC rumahan atau Residential AC (RAC), Daniel meyakini industri dalam negeri sudah mampu mengantisipasi potensi tersebut.

Baca Juga: Cuaca Panas Ekstrem Landa Indonesia, Polytron Genjot Penjualan AC Jelang Akhir Tahun

Daniel mengungkapkan, produk RAC dari industri dalam negeri sudah lebih dominan dibandingkan dengan produk impor. Berbeda dengan AC skala komersial atau Commercial AC (CAC) yang mayoritas masih dipenuhi secara impor.

"Belum kami analisa lagi (persentase impor AC). RAC sudah bisa dipenuhi oleh produsen dalam negeri. Impor masih ada, tapi produksi di dalam negeri sudah lebih dominan. Tapi untuk CAC masih cukup bergantung impor," ungkap Daniel saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (16/10/2025).

Merujuk pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengungkapkan kenaikan suhu menjadi salah satu faktor pendongkrak permintaan produk AC.

Pasar AC pun punya prospek yang menarik, sehingga mendorong sejumlah perusahaan aktif menggelar investasi dan ekspansi pabrik AC di dalam negeri.

Baca Juga: Sharp Bidik Penjualan 991.000 AC hingga Akhir 2025, Andalkan Momentum Panas Ekstrem

"Pasar di dalam negeri yang terus meningkat mendorong merek-merek multinasional berinvestasi. Beberapa produsen AC rumah tangga mulai berinvestasi, antara lain Sharp, Daikin, LG dan Midea," ungkap Faisol kepada KONTAN beberapa waktu yang lalu.

Dengan berbagai investasi pembangunan pabrik dan ekspansi fasilitasi produksi, kapasitas manufaktur dan perakitan AC di Indonesia diproyeksikan bisa mencapai 10 juta unit per tahun. Hanya saja, tingkat pemanfaatan kapasitas produksi (utilisasi) industri AC belum optimal, baru sekitar 30%-40%. 

Faisol mengamini, perlu ada upaya untuk meningkatkan utilisasi dan peningkatan daya saing. "Industri AC di dalam negeri masih berupaya untuk memenuhi kebutuhan yang masih didominasi impor.

Selain itu, beberapa produsen AC yang baru berinvestasi di dalam negeri juga memiliki target untuk ekspor," tandas Faisol.  

Selanjutnya: Deswa Group Resmi Luncurkan Dewan Penasihat Medis Independen Pertama

Menarik Dibaca: 6 Tren Rumah Tahun 2026 Desain Berkarakter yang Akan Ramai Diterapkan, Simak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×