kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

Industri Alas Kaki Domestik Kian Lesu, Dukungan Pemerintah Dinilai Belum Efektif


Kamis, 09 Oktober 2025 / 18:30 WIB
Industri Alas Kaki Domestik Kian Lesu, Dukungan Pemerintah Dinilai Belum Efektif
ILUSTRASI. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga ke level 115 pada September 2025 menjadi sinyal melemahnya daya beli masyarakat. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/tom.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga ke level 115 pada September 2025 menjadi sinyal melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini turut dirasakan pelaku industri dalam negeri sektor alas kaki yang masih menghadapi tekanan berat.

Ketua Umum Himpunan Industri Produk Alas Kaki Indonesia (HIPAN) David Chalik menyebut, sebagian besar anggota HIPAN yang berfokus pada pasar domestik belum melihat adanya perbaikan signifikan pada permintaan dalam negeri. Bahkan, kecenderungannya masih menunjukkan pelemahan.

“Kami belum lihat ada pergerakan signifikan, banyak anggota kami yang justru mengalami penurunan penjualan. Bahkan bertambah lagi yang menutup usaha,” ungkap David kepada Kontan, Kamis (9/10/2025).

Baca Juga: Ekspor Produk Alas Kaki dan Tekstil Tumbuh

Berbagai stimulus dari pemerintah disebutkan belum efektif menyegarkan industri. Misalnya, penyaluran dana ke perbankan untuk mendukung pembiayaan industri yang menurut David belum memberikan dampak nyata. 

Ia mensinyalir salah satu penyebabnya adalah bank-bank pemerintah masih kurang agresif menyalurkan kredit, khususnya bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM). Belum lagi, soal persyaratan yang kadang membebani.

“Banyak formula (insentif dan stimulus) pemerintah yang masih trial and error, jadi dampaknya belum terasa,” kata David.

Di samping itu, industri alas kaki dalam negeri kini menghadapi tekanan ganda. Selain permintaan domestik yang melemah, pasar lokal juga dibanjiri produk impor murah. Kondisi ini diperparah oleh ketimpangan regulasi dan kebijakan e-commerce yang dinilai belum berpihak pada produsen lokal.

Baca Juga: Industri Tekstil & Alas Kaki Masih Hadapi Tantangan Meski Ada Pemulihan Ekspor

Ia menyoroti potongan dari platform seperti TikTok, Shopee, dan lainnya yang makin lama makin besar. Apalagi, uang hasil penjualan kerap kali baru cair setelah hampir sebulan, bahkan sampai 120 hari. Hal ini memberatkan pelaku usaha kecil yang butuh likuiditas cepat.

Maka dari itu, HIPAN mendorong pemerintah untuk membuat regulasi yang melindungi pelaku usaha lokal dari praktik monopoli dan kebijakan yang merugikan di platform digital.

Masuknya investor asing melalui penanaman modal (PMA) juga dinilai membawa dua sisi bagi industri alas kaki. Di satu sisi, relokasi pabrik ke Indonesia membuka peluang penyerapan tenaga kerja. Namun, di sisi lain, persaingan bagi industri lokal semakin ketat.

“Harus ada trickle down effect. PMA yang masuk jangan hanya menyerap tenaga kerja, tapi juga membuka peluang subkontrak bagi pelaku usaha menengah dan kecil agar bisa ikut tumbuh,” ucap David.

David menyebut, pelaku industri dalam negeri saat ini membutuhkan tiga bentuk dukungan nyata dari pemerintah.

Baca Juga: Industri Tekstil dan Alas Kaki Pulih, Ekspor Tembus US$ 13,17 Miliar

Pertama, pemberian subsidi energi dan permodalan, atau setidaknya suku bunga rendah bagi pelaku usaha kecil. Kedua, pengawasan ketat terhadap praktik dumping dari produk impor yang menjual barang di bawah harga pasar.

Ketiga, prioritas pengadaan barang dan jasa pemerintah bagi pelaku usaha kecil dan menengah, termasuk penyediaan sepatu untuk instansi militer dan kepolisian.

Kalau ketiga hal itu tak dijalankan, David memprediksi pasar dalam negeri bisa rusak bahkan industri mati sehingga konsumen bakal kian bergantung pada produk luar negeri.

Ia menambahkan, kebijakan pemerintah untuk mendorong industri padat karya lokal lebih diseriuskan. Termasuk, keinginan Presiden Prabowo untuk melibatkan pelaku UMKM dalam proyek pemerintah agar benar-benar direalisasikan dan tak cuman menyasar usaha besar. 

“Jangan sampai jadi mimpi di siang bolong, karena masih banyak pejabat di bawahnya yang belum sejalan dengan arahan itu,” tandasnya.

Selanjutnya: 190 IUP Ditangguhkan ESDM: IMA, APBI, dan APNI Pastikan Anggotanya Aman

Menarik Dibaca: 6 Manfaat Kolagen untuk Rambut Sehat dan Kuat, Cari Tahu Yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×