Reporter: Asnil Bambani Amri |
JAKARTA. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) meminta pemerintah untuk memperpanjang waktu periode impor raw sugar (gula mentah) yang semula hanya diberikan pada periode Juli-September. Hal itu dilakukan karena adanya antrian pengapalan gula di negara asal impor.
“Disana sekarang ada antrian pengapalan; dan tentunya sampai ke Indonesia bisa terlambat,” kata Ketua AGRI, Yamin Rahman di Jakarta, Rabu (19/8).
Yamin menjelaskan, waktu tempuh dari Brazil tersebut setidaknya bisa mencapai 2 minggu karena halangan proses bongkar muat yang terjadi di negara tersebut. Sementara pembelian raw sugar di negara produsen gula seperti Thailand tidak banyak terealisasi karena ketiadaan stok yang mencukupi di negara Gajah Putih tersebut.
“Stok Thailand sekarang tidak mencukupi sehingga pilihannya adalah Brazil,” katanya. Jika waktu impor tidak diperpanjang, maka anggota AGRI khawatir, impor tidak bisa direalisasikan sesuai dengan waktunya.
Jika itu terjadi, maka raw sugar yang sudah dibeli tidak bisa masuk ke Indonesia sehingga bisa mengakibatkan menipisnya stok gula rafinasi untuk kebutuhan industri makanan dan minuman.
“Saya rasa pemerintah mengerti kondisi ini dan mau memperpanjang waktu impor tersebut,” jelas Yamin. Pengiriman yang menjadi masalah tersebut hanya raw sugar yang didatang dari Brazil saja, sedangkan sumber raw sugar yang dibeli dari Thailand saat ini tidak mengalami permasalahan.
Pada pertengahan Juli 2010 lalu, Kementerian Perdagangan (Kemdag) sudah mengeluarkan izin impor gula mentah untuk PT Makasar Tene, PT Duta sugar International, PT Dhaharmapala Usaha Sukses, PT Angels Product, PT Jawamanis Rafinasi, PT Sentra Usahatama Jaya, PT Permata Dunia Sukses Utama dan PT Sugar Labinta. Total total impor raw sugar keseluruhan tersebut mencapai 526.240 ton.
Impor oleh industri gula rafinasi tersebut digunakan untuk menutupi kebutuhan gula bagi industri makanan dan minuman di dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News