Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Noverius Laoli
Beroperasi akhir 2021, Azis menyebut utilisasi terminal tersebut masih didominasi untuk otomotif khususnya mobil.
“Harapan kami, Patimban akan segera menjadi terminal kontainer seiring dengan membaiknya kinerja ekspor dan impor Indonesia yang selama ini mayoritas berkonsentrasi di Tanjung Priok,” sebut Azis.
Ketiga, di bisnis mineral, INDY melalui Nusantara Resources juga mengempit bisnis emas di lapangan Awak Mas, Sulawesi Selatan.
Berjarak 220 km dari Makassar, sumber daya Awak Mas mencapai 2,29 juta ounce dan potensi cadangan 1,45 juta ounce. “Tahun depan akan kita bangun dengan target akan produksi di tahun 2025,” ujar Azis.
Saat ini Nusantara Resources memiliki area konsesi sebesar 14.390 ha, dan area tereksplorasi kurang lebih baru 2.000 ha.
Keempat, INDY juga mengembangkan sayap di pembangkit surya.INDY bermitra dengan Fourth Partner Energy mendirikan perusahaan tenaga surya terintegrasi bernama Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) dengan kepemilikan saham sebesar 51%.
Baca Juga: Kideco Meraih Gold Rank Dalam Asia Sustainability Reporting Rating 2022
Targetnya, EMITS akan terus mencuatkan panel tenaga surya sebesar 500 MW (capex & opex) pada tahun 2025. Adapun saat ini, EMITS sudah mengempit kontrak sebesar 40 MW.
“Sepanjang tahun ini, realisasi kontrak bisa sampai 50 MW,” imbuh Yovie Priadi, President Director and CEO EMITS kepada Kontan.
Realisasi kontrak ini meleset dari target 80 MW-100 MW lantaran proyek dedieselisasi pembangkit Perusahaan Listrik Negara (PLN) yakni Jawa Madura dan Kalimantan yang diundur BUMN sentrum itu menjadi tahun 2023.
Kelima, INDY juga merangsek bisnis kendaraan listrik lewat PT Ilectra Mobil Group: ALVA Mereka siap ikut bermain bisnis kendaraan listrik roda dua di Indonesia, termasuk industri baterai dan infrastruktur kelak. ¬¬
INDY bahkan telah meneken MoU bersama dengan PT Industri Baterai Indonesia (IBC), Hon Hai Precision Co Ltd (Foxconn), dan Gogoro Inc untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
Presiden Direktur Ilectra Purbaja Pantja menambahkan sepanjang tahun 2022, Electra mampu menjual motor sampai empat digit. “Sekitar 1.000 unit, Alva sudah terjual hingga Desember ini,” ujar Purbaya yang juga Grup Chief Invesment Officer INDY.
Memiliki pabrik perakitan di Cikarang seluas 17.600 meter per segi, INDY saat ini mengoperasikan satu line pabrik dengan kapasitas 100.000 unit Alva per tahun. Seiring dengan kenaikan permintaan motor listrik, pabrik perakitan tersebut akan mengoperasikan seluruh pabrik perakitan tiga line.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) Membalikkan Kerugian Disokong Harga Batubara
Membanderol harga Alva dengan harga sekitar 35 juta, motor listrik dengan tenaga baterai 2,7 Kwhi ini memiliki waktu pengisian selama 4 jam dengan jarak tempuh 70 Km.
Untuk mendukung rencana ekspansi pabrik, Purbaya menyebut Ilectra Mobil Group baru saja mendapat pendanaan sebesar US$ 10 juta dari Standart Chartered Bank.
“Fasilitas pembiayaan ini merupakan bagian dari komitmen kami dalam bisnis suistanable energy karena 90% pendapatan Ilectra ramah lingkungan,” sebut Purbaya.
Keenam, INDY melalui Indika Multi Properti juga tercatat memiliki konsesi hutan tanaman industri lebih dari 170.000 hektare (Ha) dari empat konsesi hutan. INDY akan mengembangkan wood pellet untuk biomass dan carbon offset berbahan kayu dari pohon Kaliandra.
“Pohon ini memiliki masa tanam dan siap panen sampai 1,5 tahun, relative cepat untuk wood pallet,” sebut Azis ke KONTAN. Akhir tahun 2023, INDY sudah akan menghasilkan wood pallet.