Reporter: Diemas Kresna Duta | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Supaya rencana bisnis tahun ini berjalan mulus, PT Inovisi Infracom Tbk menganggarkan belanja modal US$ 250 juta hingga US$ 300 juta atau sekitar Rp 2,81 triliun. Sebagian besar belanja modal itu akan dialokasikan untuk menggenjot lini bisnis pertambangan.
Direktur Keuangan Inovisi Infracom, Adrian Ooi merinci, untuk sektor pertambangan, perusahaan menganggarkan investasi US$ 100 juta. Sementara, US$ 50 juta dialokasikan untuk bisnis penjualan minyak dan gas. Adapun untuk lini bisnis utamanya, yaitu jasa teknologi komunikasi, Inovisi menyiapkan dana sekitar US$ 20 juta-US$ 30 juta.
Adrian mengklaim, Inovisi memiliki tiga sektor bisnis yang selama ini menjadi tulang punggung, yaitu teknologi, pertambangan batubara, dan bisnis penjualan migas.
Dana belanja modal itu akan dibiayai dari internal sekitar 40%, yang sumbernya termasuk rencana penerbitan saham baru alias right issue. Sedangkan, 60% lagi didapat dari pinjaman bank. Menurut Adrian, saat ini, Inovisi sudah melakukan pendekatan dengan lima bank, seperti Bank OCBC dan CIMB Niaga.
Nah, belanja modal di bisnis tambang sebesar US$ 100 juta atau setara Rp 960 miliar itu digunakan untuk mengakuisisi satu perusahaan tambang batubara. Saat ini, Inovisi mengincar dua konsensi pertambangan (KP) di Kalimantan. Sayang, Adrian belum bersedia merinci nama perusahaan dan cadangan batubaranya. "Akuisisi melalui anak usaha kami, PT Goldchild Integritas Abadi, dan masih proses penyelesaian," kilahnya.
Yang jelas, dia bilang, perusahaan yang dicaplok itu sudah berproduksi sekitar 3 juta ton per tahun. Inovisi sengaja mencaplok tambang yang sudah berproduksi demi efisiensi dan optimalisasi kinerja. Pasalnya, perusahaan memang berniat mengerek kontribusi pendapatan dari bisnis tambang mencapai 50%.
Sedangkan, bisnis yang semula menjadi bisnis utama, yaitu teknologi informasi dan komunikasi diharapkan menyumbang pendapatan 20% tahun ini. Sementara, 30% lagi berasal dari bisnis energi dan penjualan migas. Asal tahu saja, tahun ini, Inovisi mematok pendapatan Rp 2 triliun.
"Kami lihat bisnis energi baik itu tambang dan migas masih sangat prospektif untuk beberapa tahun ke depan. Tidak menutup kemungkinan kami akan mengembangkan bisnis Inovisi ke arah sana," kata Adrian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News