kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   -21.000   -1,08%
  • USD/IDR 16.319   9,00   0,06%
  • IDX 7.792   185,77   2,44%
  • KOMPAS100 1.105   23,32   2,16%
  • LQ45 823   23,67   2,96%
  • ISSI 258   4,00   1,58%
  • IDX30 426   12,56   3,04%
  • IDXHIDIV20 488   14,77   3,12%
  • IDX80 123   2,78   2,31%
  • IDXV30 127   1,15   0,91%
  • IDXQ30 137   4,21   3,18%

Investasi Migas US$ 8,1 Miliar pada Juni 2025, Iklim Investasi Migas RI Menarik?


Selasa, 12 Agustus 2025 / 17:38 WIB
Investasi Migas US$ 8,1 Miliar pada Juni 2025, Iklim Investasi Migas RI Menarik?
ILUSTRASI. The sun sets behind a crude oil pump jack on a drill pad in the Permian Basin in Loving County, Texas, U.S. November 24, 2019. REUTERS/Angus Mordant. Realisasi investasi migas pada semester I-2025 belum bisa langsung mencerminkan daya tarik Indonesia di mata investor global.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan realisasi migas mencapai US$ 8,1 miliar pada semester I-2025 atau melesat 28,75% dibandingkan US$6,3 miliar pada semester I-2024. Namun, realisasi investasi migas ini belum bisa langsung mencerminkan daya tarik Indonesia di mata investor global.

Secara umum, realisasi investasi sektor ESDM pada semester I-2025 mencapai US$ 13,9 miliar atau sekitar Rp 225,5 triliun (asumsi kurs Rp 16.250 per dolar AS).

Angka tersebut tumbuh 24,1% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$11,2 miliar. Capaian ini bahkan menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Lonjakan investasi pada paruh pertama tahun ini didorong kinerja sektor migas yang tercatat sebesar US$ 8,1 miliar, melesat 28,75% dibandingkan US$6,3 miliar pada semester I-2024.

Sektor mineral dan batu bara (minerba) menempati posisi kedua dengan realisasi US$3,1 miliar, naik 29,17% dari US$2,4 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Investasi di sektor ketenagalistrikan tercatat US$ 1,9 miliar, sedangkan energi baru terbarukan (EBT) menyumbang US$0,8 miliar.

Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Sedang Godok Regulasi Baru Soal Harga Biodiesel B40

"Kebanyakan ini adalah di sektor minerba dan migas. Ini investasi kita. Jadi US$ 13,9 miliar itu sekitar hampir Rp 200 triliun lah, 200 triliun lebih investasi kita di bidang ESDM," kata Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers, Senin (11/8).

Sementara itu, Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) menilai kenaikan realisasi investasi di sektor migas pada semester I-2025 belum bisa langsung mencerminkan daya tarik Indonesia di mata investor global.

Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengatakan, nilai investasi yang tinggi dalam satu tahun belum tentu sepenuhnya berasal dari minat baru investor. Sebagian besar berasal dari proyek-proyek yang sudah direncanakan sejak lima tahun sebelumnya.

“Peningkatan investasi sering kali dipicu proyek lama seperti Tangguh dan Masela, serta akuisisi lapangan di sekitar wilayah kerja yang ada. Kalau mau mengukur daya tarik, lihatlah dari investasi baru, hasil lelang wilayah kerja (bidding round), dan aktivitas eksplorasi,” ujar Moshe kepada Kontan, Selasa (12/8).

Moshe menekankan, indikator utama daya tarik investasi migas mencakup tingkat partisipasi investor dalam lelang wilayah kerja, keberanian investor masuk ke tahap eksplorasi yang berisiko tinggi, hingga rasio penggantian cadangan (replacement ratio).

“Kalau replacement ratio di bawah satu, artinya penemuan cadangan baru masih kalah dibanding produksi. Itu sinyal yang kurang baik,” ujarnya.

Dari sisi kebijakan, Moshe mengapresiasi fleksibilitas pemerintah dalam menerapkan skema kontrak dan bagi hasil (split). Namun, Moshe menilai insentif yang berlaku saat ini belum lebih baik dibanding sebelum berlakunya UU Migas terbaru.

“Padahal untuk meningkatkan produksi yang makin sulit dan berisiko tinggi, insentif seharusnya lebih kompetitif. Kita juga masih menunggu kepastian regulasi lewat revisi UU Migas,” jelasnya.

Moshe menambahkan, kepastian hukum, regulasi yang sederhana, dan iklim fiskal yang menarik akan menjadi kunci untuk mendorong investasi baru di hulu migas Indonesia.

Senada, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo mengungkapkan, perkembangan kenaikan investasi ini perlu diapresiasi. Namun, perlu dilihat lebih rinci kembali bahwa investasi tersebut lebih banyak berupa new Plant Of Development (POD).

"Mengembangkan lapangan lapangan migas kita yang discovery lima atau 10 tahun yang lalu. Sejujurnya yang kita butuhkan adalah bukan hanya investasi dibidang new POD namun juga investasi di bidang eksplorasi migas untuk mencari new discovery," kata Hadi kepada Kontan, Selasa (12/8).

Meski demikian, menurut Hadi iklim investasi hulu migas di Tanah Air masih menarik karena Indonesia mempunyai hampir 128 basin migas dan baru 50% yang di eksplorasi dan di eksploitasi.

"Perlu exploration champaign untuk mendapatkan giant discovery sekelas Banyu Urip Field," tuturnya.

Untuk itu, tambah Hadi, jika tidak ada kegiatan eksplorasi yang masif. Artinya tidak ada new discovery, maka tren ke depan dalam, dalam lima tahun ke depan cenderung stagnan dan mungkin malah turun.

Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Tambahan Subsidi Biodiesel B40 Hingga Rp 16 Triliun

Selanjutnya: Ekonomi Digital Penting untuk Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 8%

Menarik Dibaca: Ini 5 Manfaat Kas Kecil bagi Kelancaran Keuangan Usaha, yuk Simak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×