Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk rupanya tak terlalu agresif memanfaatkan alokasi belanja modal alias capital expenditure (capex). Hingga September 2014, perusahaan properti dan jasa konstruksi itu baru membelanjakan 30%-40% dari total belanja modal 2014.
Asal tahu saja, perusahaan itu menganggarkan belanja modal sepanjang tahun ini sebesar Rp 750 miliar. Itu berarti, anggaran yang sudah terserap baru sebesar Rp 225 miliar - Rp 300 miliar. Mayoritas dana dipakai untuk membeli lahan baru.
Namun, manajemen perusahaan itu mengatakan tidak ada keharusan bagi manajemen untuk menghabiskan seluruh alokasi belanja modal. "Penggunaan capex lebih melihat peluang yang ada, dan harga lahan yang sesuai dengan harga yang kami targetkan," ujar Sekretaris perusahaan Kawasan Industri Jababeka Muljadi Suganda kepada KONTAN Kamis (20/11).
Muljadi menjelaskan, tahun ini manajemen membeli dua lahan. Pertama, lahan di Kendal, Jawa Tengah. Hingga September 2014, Jababeka telah membebaskan lahan seluas 350 hektare (ha) di kota tersebut.
Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham KIJA itu menargetkan mendekap 500 ha lahan di Kendal hingga akhir tahun. Jadi dalam dua bulan terakhir ini, Jababeka bekerja keras membeli 150 ha lagi.
Lahan 500 ha itu menjadi bagian dari target memiliki 860 ha di Kendal pada tahap I pembebasan lahan. Target Jababeka ke depan bisa memiliki total lahan 2.700 ha di kota yang berada di jalur pantai utara Pulau Jawa tersebut.
Seperti yang pernah KONTAN beritakan sebelumnya, Jababeka berhasrat membangun kawasan industri di Kendal. Sama seperti model bisnis kawasan industri yang sudah perusahaan itu miliki, Jababeka akan membuat kavling-kavling tanah dan bangunan.
Kavling itulah yang nanti dijajakan kepada para investor. Meski realisasi pembebasan lahan belum mencapai separuh dari total target, perusahaan itu mengimpikan segera merilis sejumlah kavling di kawasan industri mulai tahun depan.
Lahan kedua, berlokasi di Cikarang, Jawa Barat. Lantaran Jababeka sudah lebih dahulu memiliki kawasan industri di kota itu, akuisisi lahan di Cikarang bisa disebut sebagai ritual tahunan. "Setiap tahun kami selalu melakukan pembebasan lahan di Cikarang untuk mengganti lahan yang telah terjual," ujar Muljadi.
Tanpa menyebutkan tambahan luas lahan, tahun ini Jababeka menghabiskan dana Rp 250 miliar untuk belanja lahan di Cikarang. Total lahan Jababeka yang belum terjual di ibukota Kabupaten Bekasi itu, saat ini masih ada 1.200 ha.
Proyek tak terealisasi
Jika aktivitas menambah lahan terus berjalan, tidak demikian dengan dua rencana pembanguna proyek. Manajemen perusahaan Jababeka memastikan pembangunan kawasan bisnss terpadu seluas 16 ha di Cikarang, bakal molor tahun depan.
Penyebab molornya pembangunan, karena faktor teknis berupa finalisasi desain dan master plan. Jababeka lantas memasang target baru pembangunan proyek itu pada semester II tahun depan.
Proyek lain yang juga tidak bisa terealisasi tahun ini adalah pembangunan satu pembangkit listrik. Musabab Jababeka belum bisa mengawali pembangunan proyek itu karena harus mendapatkan kontrak terlebih dahulu dari PT PLN.
Selain itu, Jababeka juga harus memastikan kelak pembangkit listrik itu mendapatkan jaminan pasokan gas yang mencukupi. "Kami masih menunggu kontrak dengan PLN selesai. Yang pasti, langkah-langkah yang ditempuh itu dulu," ungkap Muljadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News