kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,96   6,63   0.73%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jalan panjang Blok Masela, belum ada titik temu


Kamis, 24 November 2016 / 11:00 WIB
Jalan panjang Blok Masela, belum ada titik temu


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Jalan panjang menuju kata sepakat mengenai pengembangan Blok Masela di Maluku, sepertinya masih panjang. Sejak pemerintah mengirimkan surat balasan kepada Inpex Corporation 13 Oktober 2016 lalu, sejatinya belum ada perkembangan signifikan atas rencana mega proyek gas tesebut.

Hingga kini, belum ada keputusan pemerintah  mengabulkan semua atau sebagian permintaan Inpex. Sebelumnya Inpex mengajukan sejumlah permintaan dan telah mendapatkan lima poin balasan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Praktis, Inpex masih harus sabar menunggu kepastian pemerintah Indonesia. Biarpun begitu, mereka tetap melanjutkan komitmen untuk mengembangkan blok dengan cadangan gas sekitar 10,73 triliun kaki kubik  itu.

Apalagi, Inpex mengaku intensif menggelar rapat dua kali sepekan dengan Pemerintah Indonesia. "Kami optimistis proyek akan jalan karena pembicaraan kami positif, kami mau cepat dan kami percaya pemerintah dukung penuh proyek ini," ujar Senior Manager Communication and Relation Inpex Usman Slamet, Rabu (23/11).

Setali tiga uang, mitra bisnis Inpex, yakni Shell Indonesia juga menegaskan tak akan menjual hak partisipasinya di Blok Masela. "Shell, bersama operator Inpex, tetap berkomitmen untuk terus bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, dalam hal memastikan investable project untuk pengembangan lapangan gas Abadi dan komunikasi terus berjalan secara intens," beber General Manager External Relation Shell Indonesia Haviez Gautama. 

Jumat pekan lalu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, pemerintah dan Inpex sudah mencapai kata sepaham atas beberapa poin yang diajukan Inpex. Salah satunya soal penambahan kapasitas kilang liquefied natural gas (LNG), dari 7,5 million metric tonnes per annum (mtpa) menjadi 9,5 mtpa.

Namun, hanya sampai sebatas itu saja perkembangan yang pemerintah beberkan. "Sedang dipertimbangkan keekonomiannya, salah satunya adalah menaikkan kapasitas produksi, tapi belum kami putuskan, sedang dievaluasi," ujar Arcandra, Jumat pekan lalu (18/11).

Pertimbangan pemerintah, penambahan kapasitas kilang LNG otomatis akan menambah sumur gas. Dengan begitu, kemungkinan besar bakal ada penambahan capital expenditure (capex) alias dana belanja modal.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×