kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Johnson & Johnson Indonesia punya cara hadapi konsumen yang sensitif terhadap harga


Rabu, 14 Agustus 2019 / 22:13 WIB
Johnson & Johnson Indonesia punya cara hadapi konsumen yang sensitif terhadap harga
ILUSTRASI. Lakish Hatalkar, Presiden Direktur PT Johnson & Johnson Indonesia


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Besaran harga jual masih menjadi salah satu pertimbangan yang penting bagi konsumen dalam mengonsumsi produk skin care. Pada saat yang bersamaan, konsumen ini juga memiliki kecenderungan untuk mencari pengalaman-pengalaman baru dalam mengonsumsi produk skincare dengan mencoba berbagai produk yang ada di pasaran.

Menghadapi karakteristik konsumen yang seperti ini, PT Johnson & Johnson Indonesia menyatakan akan terus melakukan inovasi dalam mengembangkan produk-produk skincare yang mereka miliki berdasarkan titik harga tertentu.

Baca Juga: Johnson & Johnson Indonesia melihat potensi pasar kosmetik di semester II

“Akan relatif mudah untuk memikat para konsumen untuk mencoba sesuatu yang baru berdasarkan titik harga,” ujar Country Leader of Communications & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia, Devy Yheanne kepada Kontan (13/08).

Menurut Devy, upaya inovasi pengembangan produk yang dilakukan didasarkan pada masukan dari konsumen yang mereka miliki guna memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini dilakukan dengan tetap mempertimbangkan masukan dari para dokter, ilmuwan dan profesional guna menjaga kualitas produk.

Tidak hanya itu, PT Johnson & Johnson Indonesia juga melakukan strategi branding bertajuk “branding with purposes” melalui program-program sosial seperti misalnya program gerakan pijat bayi secara nasional dengan bekerja sama dengan lembaga ataupun instansi lain seperti Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI).

Melalui strategi-strategi ini PT Johnson & Johnson Indonesia optimis penguasaan pasar yang dimiliki dapat bertumbuh. Namun demikian, Devy mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa menyebutkan berapa market share yang sudah dikuasai maupun target market share yang dikejar karena kebijakan perusahaan.

“Namun dapat dipastikan bahwa kami menargetkan pertumbuhan yang positif,” ujar Devy kepada Kontan.

Pada saat yang bersamaan, Devy menilai bahwa angka permintaan pasar terhadap produk skincare di Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didorong oleh pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yang stabil di Indonesia sebagaimana yang juga terjadi di beberapa negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam Pasar produk skin care Indonesia terus mengalami pertumbuhan.

Hal ini diikuti oleh peningkatan persepsi kesejahteraan finansial yang meningkat pada konsumen. Mengutip penelitian yang diperoleh dari berbagai sumber, Devy mengatakan bahwa rata-rata, 72% penduduk Asia Tenggara, termasuk di antaranya Indonesia, percaya bahwa mereka secara finansial lebih baik daripada lima tahun sebelumnya.

Selain itu, sembari mengutip data Nielsen, Devy juga menyebutkan bahwa pasar produk skin care memiliki pertumbuhan yang positif. Berdasarkan data Nielsen 2017, pasar produk skin care (Perawatan Kulit) memiliki pertumbuhan tertinggi dalam kategori personal care (Perawatan Pribadi) dengan angka pertumbuhan mencapai 11 % berdasarkan semua tingkatan harga dan lintas segmen.

Catatan saja, PT Johnson & Johnson Indonesia berdiri sejak tahun 1973 dan bergerak di empat sektor bisnis yang berbeda, yaitu sektor: Consumer, Medical Devices, Pharmaceutical dan Vision.

Menurut keterangan Devy, produk Clean n Clear menjadi salah satu produk skin care terlaris dalam lini bisnis (consumer) di antara produk-produk skin care PT Johnson & Johnson Indonesia lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×